Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Jelang libur panjang, indeks harga surat utang negara (SUN) pada perdagangan Kamis ditutup terkoreksi 0,991 poin pada level 127,714.
 
Berdasarkan data valuasi Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), koreksi indeks harga SUN tersebut diikuti oleh koreksi indeks total return yang turun 1,299 poin pada level 175,436.
Akibatnya, pelemahan kedua indeks tersebut mendorong kenaikan indeks effective yield yang naik 0,108 poin pada level 6,38%.
 
Sekretaris Perusahaan IBPA Tumpal Sihombing mengatakan koreksi indeks harga SUN tersebut telah terjadi pada perdagangan sesi pagi yang mana koreksi terdalam terjadi pada SUN seri acuan yaitu FR0058.
 
Surat utang bertenor 20 tahun itu turun hingga 140 basis poin dari level 112,15 ke 110,75. “Ini adalah level terendah FR0058 sejak 6 bulan terakhir,” katanya, Kamis.
Namun demikian, sambungnya harga seri FR0060 berhasil rebound pada sesi pagi dengan penguatan sebesar +23,4 bps dari level 103,54 ke level 103,77.
 
“Penguatan tersebut terjadi pascaharga FR0060 menyentuh level terendahnya sejak awal tahun ini pada penutupan kemarin,” jelasnya.
 
Secara umum, Tumpal menerangkan yield SUN di semua tenor masih mencetak kenaikan dengan besaran yang lebih tinggi ketimbang sesi pagi.
 
“Kenaikan yield di semua tenor berkisar antara 8,1 bps-16,5 bps yang mana kenaikan tercepat terjadi pada tenor panjang dengan kenaikan rata-rata yield sebesar +10,34 bps atau sedikit lebih tinggi ketimbang yield tenor pendek yang juga naik +10,33 bps,” tuturnya.
Selain itu, sambungnya, kenaikan juga terjadi di tenor menengah (5 tahun-7 tahun) dengan kenaikan +8,4 bps.
 
“Kenaikan di semua tenor mengindikasikan bahwa kecemasan pelaku pasar terkait kondisi Eropa yang belum menunjukkan adanya titik terang masih berlanjut hingga siang ini,” ujarnya.
Analis obligasi PT Mega Capital Indonesia Ariawan juga menilai pelemahan yang terjadi di pasar SUN dalam beberapa pekan terakhir disebabkan oleh kekhawatiran pelaku pasar global terhadap kondisi eksternal.
 
“Pelaku pasar surat utang Indonesia diperkirakan masih akan fokus pada kondisi eksternal,” jelasnya.
Kekhawatiran terhadap kondisi pasar global tersebut, terangnya, tercermin dari kenaikan angka VIX indeks yang mencapai 21,9 pada Rabu malam dan kenaikan angka credit default swaps (CDS) di berbagai negara.
 
“Adanya sentimen dari Eropa ini direspon negatif oleh para pelaku pasar meskipun data manufaktur dan perumahan di AS menunjukkan hasil yang positif,” ujarnya.
 
Dalam situasi seperti itu, Ariawan memperkirakan investor masih akan wait and see dan tidak banyak mengambil posisi terutama ada faktor libur panjang akhir pekan ini.(sut)
 
 
 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper