JAKARTA: Triputra Group, kelompok usaha milik taipan Theodore Permadi Rachmat, berencana go public bagi sejumlah anak usahanya dengan meraih dana masyarakat US$1,2 miliar.
Chief Financial Officer PT Triputra Investindo Arya Erida Djuhandi mengungkapkan bahwa sebanyak lima hingga enam anak perusahaan kelompok usaha Triputra akan melepas sahamnya kepada publik pada 2-3 tahun mendatang. "Mungkin tahap awal kami akan melepas Dharma Group, Pako Group, Padang Karunia dan beberapa perusahaan lainnya, ” ungkap Erida dalam perbincangannya dengan Bisnis pekan lalu.
Namun, katanya, sebelum go public Triputra Grup akan melakukan rights issue terlebih dahulu. Erida memproyeksikan rencana rights issue meraih dana sekitar US$700-US$800 juta untuk setiap anak perusahaan.
Triputra Grup saat ini bergerak dalam sejumlah sektor seperti agribisnis, manufaktur, pertambangan, serta perdagangan dan jasa.
Di sektor agribisnis, Triputra konsentrasi pada kelapa sawit mentah dan karet yang merupakan komoditas pertanian dalam permintaan tinggi di pasar internasional. "Indonesia memiliki posisi historis yang kuat sebagai pemasok utama minyak sawit mentah dan karet ke pasar internasional," kata Erida.
Ada dua perusahaan di sektor yang menggeluti bisnis ini yaitu Kirana Megatara dan Triputra Agro Persada. Menurut dia, Kirana yang didirikan pada 1968, saat ini sebagai prosesor remah karet terbesar di Indonesia, dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 640.000 ton. Kirana memiliki 14 pabrik yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan Barat. Kirana mentargektan jadi produsen karet terbesar di dunia selama lima tahun ke depan dengan kapasitas produksi 1.000.000 ton.
Triputra Agro Persada yang berdiri pada 2005 adalah produsen kelapa sawit terbesar ke-8 di Indonesia dengan volume produksi CPO 243.000 ton per tahun. Saat ini, jelasnya, perusahaan memiliki lahan 277.000 hektare yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, tetapi hanya 111.000 hektar telah ditanam.
Di sektor manufaktur, Triputra memiliki Binabusana Internusa yang didirikan pada 1989 bergerak dalam produsen pakaian garmen, memproduksi dan pemasaran baik produk bermerek dan swasta label di bawah 6 merek milik serta 3 merek berlisensi. Pada tahun 2010, Binabusana Internusa telah memasuki pasar di Malaysia, Inggris, Portugal, Australia, Jerman, Swedia, Taiwan dan Jepang.
Usaha lainnya adalah Dharma Group yang memproduksi komponen otomotif, peralatan industri dan kesehatan. Beberapa produk Dharma, kata Erida, memiliki pasar yang kuat di seluruh Asia Tenggara.
Lemindo Abadi Jaya, yang berdiri pada 1976, bermitra dengan Koyo Sangyo Co adalah produsen perekat terbesar di Indonesia yang melayani pasar domestik dan internasional dan memiliki diversifikasi portofolio bisnis ke dalam produk kimia lainnya seperti pelapis dan pengolahan air, serta bahan bangunan.
Lemindo Grup memiliki akses ke teknologi canggih melalui kerjasama teknis dengan Jepang Konishi Co, Ltd, perusahaan manufaktur perekat terbesar Jepang yang memasarkan produknya di Asia Tenggara. Bekerja sama dengan Japan Co Ltd Konishi, Lemindo telah mendirikan fasilitas manufaktur perekat di Vietnam.
Erida menjelaskan bahwa usaha manufaktur lainnya adalah Grup Pako yang didirikan pada 1976, memproduksi baja dan alloy wheel rims, yang diekspor ke Jepang, Jerman, Hungaria, Malaysia dan Thailand. Di antara pelanggan Pako adalah Toyota, Mitsubishi, Isuzu, Daihatsu, Suzuki, Honda dan Nissan. Melalui tiga perusahaan dalam grup, kapasitas produksi Pako melampaui 2 juta pelek roda, 2,9 juta pelek roda baja dan 500.000 set roda sepeda motor.
Di sektor pertambangan, kata Erida, Grup Triputra memulai bisnisnya pada 2002 melalui Kelompok Karunia Padang yang mengeksplorasi sumber daya batubara di Kalimantan. "Kami memilih untuk mengembangkan tambang batubara dan infrastruktur batubara [jalan dan pelabuhan] di Rantau, Kalimantan Selatan."
Dengan kapasitas volume batubara hingga 15 juta ton per tahun, Padang Karunia Grup memfasilitasi eksploitasi 85 juta ton cadangan batubara ditambang keluar dari sumber daya batubara 275 juta ton.
Dalam bagian lain, ibu dua anak itu menjelaskan bahwa perusahaannya akan ekspansi ke sektor properti dengan menggarap kawasa industri seluas 800 hektare di Balaraja. "Ini bisa menjadi first lesson bagi kami di sektor ini,” jelasnya. (t01/LN)