Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan CPO tahun depan bisa naik 3%

JAKARTA:  Dewan Minyak Sawit Indonesia memperkirakan permintaan CPO diperkirakan akan naik tahun depan sejalan jatuhnya pasokan produk pengganti minyak sayur dan didorong pertumbuhan konsumsi oleh China dan India.Derom Bangun, Wakil Ketua Dewan

JAKARTA:  Dewan Minyak Sawit Indonesia memperkirakan permintaan CPO diperkirakan akan naik tahun depan sejalan jatuhnya pasokan produk pengganti minyak sayur dan didorong pertumbuhan konsumsi oleh China dan India.Derom Bangun, Wakil Ketua Dewan Sawit, kepada Bloomberg mengatakan permintaan global akan naik 2%--3% tahun depan dari 40 juta ton yang diperkirakan tahun ini."Kondisi pasokan dan permintaan akan tetap ketat," kata Bangun hari ini. Menurutnya produsen biodiesel akan menggunakan lebih banyak kanola dan minyak nabati lain yang mengurangi pasokan untuk industri makanan. Hal itu memberi keuntungan bagi minyak sawit.Peningkatan permintaan itu dapat membatasi kemerosotan harga 19% pada tahun ini akibat kecemasan atas krisis utang regional Eropa yang dapat memperlambat ekonomi global dan mengurangi permintaan komoditas.Indonesia dan Malaysia memasok lebih dari 80% bahan baku minyak goreng yang paling banyak dikonsumsi di dunia ini.Bangun juga mengungkapkan produksi dan ekspor dari Indonesia, penghasil terbesar, dapat meningkatkan sebanyak 9% tahun depan. Produksi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia diperkirakan 24 juta ton, sedangkan ekspor 18 juta ton tahun ini.China & IndiaPermintaan terkuat dari India dan China, yang dikatakan Bangun tetap "kuat dan tidak terpengaruh." Alasannya, kata Bangun, karena kedua negara memiliki pasar domestik yang besar dan cukup kuat untuk meminimalkan dampak krisis utang negara Eropa.Oil World, lembaga riset yang berbasis di Hamburg, mengatakan tingginya permintaan impor dunia atas minyak goreng serta kekurangan minyak kedelai akan meningkatkan ketergantungan dunia pada CPO.Murali Krishna PV, CEO TransGraph Consulting Pvt., bulan lalu mengatakan impor minyak nabati oleh India, pembeli terbesar, akan naik 8,6% menjadi 9,1 juta ton pada tahun pemasaran yang dimulai pada 1 November.Hal itu karena penurunan persediaan biji minyak domestik dan meningkatnya permintaan untuk minyak goreng.Dukungan terbatasSementara itu, Analis senior Monex Investindo Futures Ariana Akbar mengatakan harga CPO akan terbantu oleh faktor cuaca yang akan menghambat pasokan dari Indonesia dan Malaysia. Namun, dukungan itu tetap terbatas mengingat Eropa masih dililit masalah krisis utang.“Krisis utang itu sulit diatasi meskipun tidak akan terus seperti sekarang. Kita masih menunggu tindakan IMF dan Eropa apakah sanggup atau tidak menanggulangi krisis ini,” katanya kepada Bisnis.Ariana mengatakan, dengan dukungan curah hujan tinggi, pada kuartal pertama tahun depan harga minyak tropis ini dapat mencapai kisaran RM3.180 per ton.Akan tetapi, katanya, sampai akhir tahun ini masih ada tekanan yang akan bisa menyeret harga CPO di bursa Malaysia merosot ke RM2.900 per ton, dan jika tekanan terlalu kuat maka bisa mencapai RM2.650 per ton. (Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Taufikul Basari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper