Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham China mengawali tahun baru 2019 dengan kondisi bearish dan berakhir merosot pada perdagangan hari ini, Rabu (2/1/2019), akibat terbebani kekhawatiran perlambatan global menyusul rilis data ekonomi yang tak bergairah.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Shanghai Composite berakhir melorot 1,15% atau 28,60 poin di level 2.465,29. Padahal pada perdagangan terakhir sebelum libur Tahun Baru, Jumat (28/12/2018), indeks Shanghai mampu ditutup menguat 0,44% atau 10,81 poin di posisi 2.493,90.
Adapun indeks CSI 300 di Shenzhen yang berisi saham-saham blue chip hari ini ditutup melorot 1,37% atau 41,12 poin di level 2.969,54, setelah mampu menguat 0,67% atau 20,15 poin dan menutup perdagangan terakhir tahun lalu di level 3.010,65.
Seperti dilansir dari Reuters, aktivitas pabrik China berkontraksi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun pada Desember 2018.
Fakta ini menyoroti tantangan-tantangan yang dihadapi pemerintah China ketika berupaya untuk mengakhiri perang perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) serta mengurangi risiko perlambatan ekonomi yang lebih tajam pada 2019.
Biro Statistik Nasional China mengumumkan Purchasing Managers' Index (PMI) turun menjadi 49,4 pada Desember 2018. Angka ini di bawah level 50 poin yang menjadi pemisah antara pertumbuhan dan perlambatan produksi.
Realisasi ini sekaligus menjadi PMI terendah sejak Februari 2016, ketika indeksnya berada di level 49. Faktor eksternal yang menjadi sorotan adalah ketidakpastian penyelesaian sengketa dagang dengan AS, yang sudah berlangsung sejak awal 2018.
“Ada sedikit banyak petunjuk dari data PMI, bahwa penurunan laba perusahaan baru saja dimulai,” tulis Guotai Junan Securities dalam risetnya.
Sejalan dengan survei resmi, survei swasta menunjukkan aktivitas pabrik China mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam 19 bulan pada bulan Desember karena pesanan domestik dan ekspor terus melemah.
Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) China dari Caixin Media dan IHS Markit turun menjadi 49,7 dari 50,2, level terendah terendah sejak Mei 2017.
Seorang pejabat bank sentral China mengatakan sikap kebijakan moneter China belum bergeser, tetapi fokus yang lebih besar akan ditempatkan pada pembuatan kebijakan yang fleksibel untuk menyesuaikan dengan perubaha. Ekonomi China secara luas diperkirakan akan menghadapi lebih banyak terpaan tahun depan.
Bersama bursa saham China, pergerakan indeks Hang Seng di Hong Kong hari ini berakhir anjlok 2,77% atau 715,35 poin di level 25.130,35, setelah mampu ditutup menguat 1,34% atau 341,50 poin di posisi 25.845,70 pada perdagangan Senin (31/12/2018).