Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tergelincir dan berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (9/11/2018), di tengah pelemahan mayoritas mata uang di Asia terhadap greenback.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 139 poin atau 0,96% di level Rp14.678 per dolar AS, sekaligus mengikis sebagian apresiasi yang mampu dibukukan tiga hari berturut-turut sebelumnya.
Mata uang Garuda mulai tergelincir ke dalam pelemahan saat dibuka terdepresiasi tajam 106 poin atau 0,73% di level Rp14.645 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini rupiah bergerak di level Rp14.608-Rp14.694 per dolar AS.
Pada perdagangan Kamis (8/11), rupiah masih mampu berakhir menguat 0,35% atau 51 poin di Rp14.539 per dolar AS, sekaligus menambahkan penguatannya menjadi 438 poin dari depresiasi sebelumnya di level Rp14.977 pada Senin (5/11).
Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau lanjut menguat 0,047 poin atau 0,05% ke level 96,771 pada pukul 18.44 WIB.
Indeks dolar sempat tergelincir ke zona merah saat dibuka turun 0,081 poin atau 0,08% di level 96,643 pagi tadi, setelah pada perdagangan Kamis (8/11) berakhir menguat 0,76% atau 0,727 poin di posisi 96,724.
Baca Juga
Namun rupiah tak melemah sendiri hari ini. Mayoritas mata uang di Asia ikut melemah, dipimpin won Korea Selatan yang melorot 1,02%. Mata uang lain yang terdepresiasi lebih dari 0,35% adalah peso Filipina, dolar Taiwan, dan ringgit Malaysia.
Mata uang bersama bursa saham pasar negara berkembang (emerging market) kompak melemah pada hari ini, menyusul keputusan Federal Reserve AS untuk menahan suku bunganya dalam pertemuan kebijakan yang berakhir pada Kamis (8/11).
Namun, The Fed juga tetap di jalur untuk melakukan pengetatan biaya pinjaman secara bertahap, ditopang sehatnya perekonomian yang hanya terganggu oleh penurunan dalam pertumbuhan investasi bisnis.
Para pembuat kebijakan di otoritas moneter AS tersebut telah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali sepanjang tahun ini dan diperkirakan akan melakukannya kembali dalam pertemuan kebijakan berikutnya pada Desember.
Menurut data FedWatch, kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed sebesar 25 basis poin pada Desember mencapai 75%.
Analis juga memperkirakan lebih banyak penaikan suku bunga oleh otoritas moneter AS tersebut pada tahun depan.
“Kami mengantisipasi dua kenaikan lagi pada 2019, yakni satu pada Maret dan satu pada Juni,” ujar Kevin Logan, kepala ekonom AS di HSBC, dalam risetnya.
Meski demikian, rupee India dan yen Jepang justru mampu unjuk gigi di tengah pelemahan mata uang hari ini, dengan masing-masing terapresiasi 0,7% dan 0,2% terhadap dolar AS.
Yen menguat untuk pertama kalinya dalam empat hari perdagangan saat pelemahan yang dialami bursa saham Asia hari ini mendorong permintaan untuk mata uang safe haven.
Sementara itu, penguatan rupee India didukung bantahan seorang pejabat kementerian keuangan negara tersebut yang meminta bank sentral India Reserve Bank of India (RBI) untuk melepaskan dana.
“Pasar lega mendegar laporan bahwa kementerian keuangan [India] membantah telah meminta RBI untuk melepaskan sebagian cadangannya,” kata Rohan Mathur, seorang pedagang valas di UCO Bank, Mumbai, seperti dikutip Bloomberg.