Bisnis.com, JAKARTA—Indeks Bisnis-27 ditutup menguat 5,5 poin ke level 523 pada akhir perdagangan Jumat (28/9) dan tercatat outperformed terhadap IHSG yang membaik 47 poin ke level 5.976. Tercatat investor asing melakukan foreign net buy hingga Rp886 miliar yang mengerek kinerja bursa hari ini.
Saham-saham anggota konstituen Indeks Bisnis-27 yang paling banyak diborong oleh investor asing yaitu BBRI (61 juta saham), TLKM (46 juta saham), PTBA (36 juta saham), dan PGAS (33 juta saham). Indeks Bisnis-27 sudah menyentuh bottom-nya pada bulan September dengan berbagai tekanan dari eksternal dan domestik.
Tensi perang dagang terlihat mulai mereda, disusul keputusan The Federal pada FOMC meeting September untuk menaikkan suku bunga The Fed sebesar 25 bps menjadi 2,25%, tidak lagi begitu signifikan mempengaruhi pasar.
Chairperson The Fed Jerome Powell juga telah memberikan sinyal cukup jelas ke pasar untuk arah kebijakan hawkish secara gradual, di mana The Fed akan kembali menaikkan suku bunganya pada Desember 2018. Kenaikan juga akan terjadi 3 kali pada tahun depan dan 1 kali pada 2020 dengan asumsi penguatan ekonomi negeri Paman Sam itu terus melanjutkan penguatan dalam 3 tahun mendatang.
Sementara itu, tekanan dari domestik juga tidak kalah dominan sempat menghantam kinerja Indeks Bisnis-27. Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS hingga mencapai 14.935 pada 5 September 2018.
Kepanikan dan kekhawatiran berlebihan investor akan contagion effect atas krisis Turki dan Argentina tersebut telah menggencet mata uang Garuda dan mengoreksi IHSG (3,76% dtd) dan Indeks Bisnis-27 (4,15% dtd).
Data-data ekonomi seperti perkembangan capital outflow yang tinggi, kinerja ekspor yang terpantau cenderung moderat dan neraca pembayaran yang buruk masih akan menjadi fokus investor.
- Bisnis-27 Index Technical Review
Indeks Bisnis-27 telah breakout MA50 di level 518 dengan kecenderungan bullish pada indikator stochastic oscillator. Sementara itu, indikator relative strength index terlihat netral. Diperkirakan Indeks Bisnis-27 masih akan melanjutkan penguatan terbatas pada awal pekan depan dengan support-resistance di level 514-543.
Sumber: Bloomberg
- Jakarta Composite Index Technical Review
IHSG ditutup menguat dengan breakout MA50 di level 5.930 dengan kecenderungan overbought (jenuh beli ) yang terlihat pada indikator stochastic oscillator. Sementara itu, indikator relative strength index pada area netral. Diperkirakan IHSG masih akan melanjutkan penguatan terbatas menantikan rilis data-data ekonomi di awal bulan, di mana support-resistance IHSG dalam rentang 5.908 – 6.000.
Sumber: Bloomberg
- Indeks Bisnis-27 dan Indeks Lainnya
Sepanjang 2018, sebagian besar kinerja indeks yang juga menjadi alternatif acuan baik funds manager maupun investor mengalami koreksi kecuali IDX SMC Composite yang tumbuh 1,2% (ytd). Sementara itu, Indeks Bisnis-27 mengalami koreksi secara year to date sebesar 9,3%. Namun, koreksi indeks ini relatif lebih baik apabila dibandingkan dengan LQ 45 dan Sri Kehati Indeks yang juga terkoreksi masing-masing sebesar 12,3% (ytd) dan 10,2% (ytd).
Saat ini valuasi Indeks Bisnis-27 berada pada harga premium dengan forward PE ratio sebesar 17 kali (di atas rata-rata historis 5 tahun dengan forward PE ratio sebesar 13 kali). Bahkan Indeks Bisnis-27 terlihat outperformed (lebih baik) terhadap IHSG yang juga memiliki valuasi premium , di mana forward PE ratio IHSG sebesar 15 kali (di atas rata-rata historis 5 tahun dengan forward PE ratio sebesar 12 kali).
Sumber: Bisnis Indonesia Resources Center, BEI
- Sektor Pendorong Indeks Bisnis-27
Sepanjang tahun 2018, sebanyak delapan emiten yang tumbuh positif secara year to date yaitu emiten dari sektor industri dasar dan kimia yang diwakili oleh konstituen PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk tumbuh 221,3%. Kondisi ini tidak terlepas dari meningkatnya permintaan kertas dari China sehingga mampu melejitkan harga kertas dan dapat menggenjot kinerja pendapatan emiten kertas.
Selanjutnya, sektor pertambangan yang masih menjadi leading sector diwakili oleh konstituen PT Bukit Asam Tbk tumbuh 75,61% (ytd) di tengah harga batu bara yang masih tinggi dan kinerja fundamental emiten positif yang pada kuartal II. Sementara itu, 19 anggota konstituen lainnya terkoreksi sepanjang tahun 2018.
- Monthly Preview
Berbagai kebijakan pemerintah sebagai upaya untuk menahan pelebaran defisit neraca perdagangan telah ditempuh seperti pengurangan impor minyak mentah dengan mensubstitusi ke pemanfaatan biodiesel dalam program B20. Tidak hanya itu, pemerintah juga menekan aktivitas impor dengan memberlakukan peningkatan tarif pajak penghasilan (PPh) impor untuk 900 komoditas.
Sementara itu, Bank Indonesia juga terus melakukan upaya dalam bentuk kebijakan yang cukup konsisten untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, salah satunya dengan kembali menaikkan suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps ke level 5,75%. Kebijakan makro dan kenaikan suku bunga ini sebagai upaya penyesuaian untuk terus memperkuat ketahanan dalam menghadapi shocks eksternal dan menstabilkan makroekonomi.
Meskipun tekanan eksternal terkait perang dagang AS dan China cenderung mereda, risiko capital outflow yang meninggalkan emerging market harus terus diwaspadai seiring dengan penguatan ekonomi AS.
Indeks Bisnis-27 diperkirakan akan mengalami bullish reversal sepanjang Oktober 2018 setelah melewati fase trough level. Perkembangan berbagai upaya pemerintah untuk menekan current account deficit hingga 2,7% terhadap PDB dan rilis laporan keuangan emiten kuartal III/2018 bisa menjadi katalis positif bagi kinerja Indeks Bisnis-27 sepanjang Oktober mendatang.
Sementara itu, anggota konstituen yang masih akan menjadi penggerak Indeks Bisnis-27 yaitu saham-saham emiten dari sektor pertambangan (bobot indeks 2,96%) , industri dasar dan kimia (12,38%), dan keuangan (41,93%). Selain dari bobotnya yang cukup besar, kinerja industri di sektor tersebut juga diperkirakan masih positif sehingga berpeluang menjadi motor penggerak Indeks Bisnis-27 pada bulan depan.
*) Anida ul Masruroh, Analis Bisnis Indonesia Resources Center