Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tersungkur ke Level 14.600 Per Dolar AS

Pergolakan nilai tukar lira Turki mendorong pelaku pasar memburu mata uang safe haven sekaligus menekan mata uang emerging market. Rupiah ikut terjerembap hingga menyentuh level terlemahnya dalam hampir tiga tahun.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Pergolakan nilai tukar lira Turki mendorong pelaku pasar memburu mata uang safe haven sekaligus menekan mata uang emerging market. Rupiah ikut terjerembap hingga menyentuh level terlemahnya dalam hampir tiga tahun.

Hampir seluruh mata uang di Asia melemah petang ini, dipimpin rupee India yang melorot 1,5%. Rupiah mengekor pelemahannya, disusul renminbi China yang melemah 0,53%. Hanya yen Jepang yang terpantau menguat sebesar 0,41% pada pukul 17.57 WIB.

Yen menguat untuk hari kedua saat investor memilih menjauhi aset berisiko dan beralih pada aset safe haven di tengah kekhawatiran tentang pergolakan keuangan di Turki.

Pertikaian diplomatik Turki dengan Amerika Serikat menambah tekanan pada nilai tukar lira, yang sebelumnya telah terbebani kekhawatiran investor atas pengaruh Presiden Recep Tayyip Erdogan terhadap ekonomi Turki.

Kedua negara telah berselisih mengenai berbagai masalah, mulai dari isu kepentingan di Suriah, ambisi Ankara untuk membeli sistem pertahanan Rusia, dan baru-baru ini kasus Andrew Brunson, seorang pendeta evangelis yang ditahan di Turki karena dugaan keterlibatan dalam upaya kudeta dua tahun lalu.

Meski pernyataan bank sentral Turki tentang langkah demi mempertahankan stabilitas keuangan mampu memangkas sedikit pelemahan lira pagi tadi, mata uang ini tetap saja bergerak di rekor level terlemahnya terhadap dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, kurs lira terpantau lanjut melemah 9,34% ke posisi 7,03 per dolar AS pada pukul 18.41 WIB, setelah berakhir anjlok 15,88% di level 6,43 pada Jumat (10/8).

Ada pun rupiah ditutup melemah 130 poin atau 0,90% di level Rp14.608 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (13/8/2018), level penutupan terlemah sejak awal Oktober 2015.

Depresiasi mata uang Garuda berlanjut ketika dibuka melemah 101 poin atau 0,70% di level Rp14.579 pagi tadi, setelah berakhir melemah 62 poin atau 0,43% di posisi 14.478 pada Jumat (10/8).

Indonesia dipandang sebagai salah satu negara dengan ekonomi yang paling rentan terhadap aksi jual yang melanda negara berkembang, karena melebarnya defisit neraca transaksi berjalan dan kepemilikan asing untuk obligasinya yang relatif tinggi.

“Rupiah telah terperangkap dalam aksi jual pada aset berisiko yang didorong lira Turki,” kata Sue Trinh, head of Asia foreign-exchange strategy di Royal Bank of Canada, Hong Kong, dikutip Bloomberg.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp14.544 – Rp14.617 per dolar AS.

Penaikan Lebih Lanjut

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) yang telah menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 100 basis poin (bps) sejak pertengahan Mei, diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunganya di 5,25% pada pertemuan kebijakan pekan ini, menurut mayoritas ekonom dalam survei Bloomberg.

Namun, mengingat perkembangan yang terlihat dalam beberapa hari terakhir, BI bisa saja mempertimbangkan langkah pengetatan lebih lanjut. Para pembuat kebijakan juga kemungkinan akan memperhitungkan melebarnya defisit transaksi berjalan.

Seperti diberitakan, defisit transaksi berjalan kuartal II/2018 tercatat sebesar 3% atau US$8 miliar, melebar dari 1,96% pada kuartal II/2017. Defisit ini juga lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal I/2018 sebesar 2,2% atau sekitar US$5,5 miliar.

“Data transaksi berjalan yang dirilis pekan lalu mengecewakan,” kata Divya Devesh, Asia foreign-exchange strategist di Standard Chartered Plc. “Kami memperkirakan penaikan tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September.”

Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama berbalik naik tipis 0,06% atau 0,054 poin ke level 96,411 pada pukul 17.47 WIB.

Indeks dolar sempat terpeleset dari penguatannya ketika dibuka melorot 1,17 poin atau 1,12% di level 95,186. Pada perdagangan Jumat (10/8), indeks berakhir menguat 0,89% atau 0,853 poin di posisi 96,357.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper