Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah WTI kembali diperdagangkan mendekati posisi US$70 per barel seiring dengan para investor yang lebih menitikberatkan potensi penyusutan pasokan dari Timur Tengah daripada kenaikan tensi perang dagang antara dua negara kekuatan ekonomi dunia.
Pada perdagangan Selasa (7/8), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi US$69,25 per barel, naik 0,24 poin atau 0,35% dari sesi sebelumnya. WTI tercatat mengalami kenaikan harga hingga 14,61% selama tahun berjalan.
Adanya ekspektasi akan kemerosotan pasokan minyak dari Amerika Serikat selama musim panas dan musim mengemudi, serta kekhawatiran akan kehilangan pasokan dari Iran juga menjadi pendorong kenaikan harga.
Sementara itu, perang dagang antara AS dan China akan mengurangi tingkat permintaan dan merugikan konsumsi minyak global. Faktor tersebut kemungkinan akan menahan harga minyak untuk tidak melonjak terlalu jauh.
Harga minyak Brent pun tak luput dari kenaikan harga. Pada pukul 15.04 WIB, tercatat harganya berada di posisi US$74,13 per barel, naik 0,38 poin atau 0,52% dari posisi penutupan sesi sebelumnya. Secara year-to-date (ytd), harga minyak Brent tercatat naik 10,86%.
Minyak mentah mengalami penurunan harga hingga 7% dari titik tertingginya pada Juni karena perang dagang mengancam akan membahayakan pertumbuhan ekonomi global yang akan memengaruhi konsumsi energi global.
Saat Arab Saudi menyatakan akan kembali memangkas produksinya meskipun telah berjanji bersama anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk menambah pasokan barel, Rusia justru menyatakan memiliki cukup kapasitas untuk meningkatkan hasil produksinya ke titik rekor pasca-Soviet.
Sementara itu, AS juga berencana akan menahan penjualan minyak mentah Iran dengan memberikan sanksi pada Iran.
“Cadangan minyak mentah AS terlihat menyusut karena musim mengemudi belum berakhir, mendorong harga minyak mencapai US$69 per barel. Di saat yang sama, harga minyak juga tertekan oleh perang dagang yang tengah berlangsung antara AS dengan China, yang membawa pelemahan pada seluruh harga komoditas termasuk minyak mentah,” ujar Will Yun, analis komoditas Hyundai Futures Corp., dilansir dari Bloomberg, Selasa (7/8/2018).
Selain harga minyak WTI dan Brent, harga minyak untuk kontrak teraktif September juga mengalami kenaikan hingga 5% menjadi 537,2 yuan per barel di Shanghai International Energy Exchange. Titik tersebut merupakan yang tertinggi sejak kontrak tersebut mulai diperdagangkan pada akhir Maret.
Cadangan minyak AS diprediksi menyusut hingga 3 juta barel pada pekan lalu, sementara persediaan yang ada di pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma, kemungkinan juga akan menyusut hingga 1 juta barel karena mengalami penyusutan selama dua belas pekan berturut. Data tersebut belum pasti, mengingat data resmi dari Energy Information Administration (EIA) AS baru akan dirilis Rabu (8/8).