Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Selasa (31/7/2018).
IHSG melemah 1,5% atau 90,41 poin ke level 5.937,53 pada akhir sesi I, setelah dibuka dengan pelemahan sebesar 0,25% atau 15,01 poin di level 6.012,93.
Pada perdagangan Senin (30/7), IHSG mampu melanjutkan relinya pada hari perdagangan ketujuh dengan ditutup menguat 0,65% atau 38,80 poin di level 6.027,94.
Sepanjang perdagangan pagi ini, IHSG bergerak pada level 5.927,1 – 6.013,86.
Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 111 saham menguat, 244 saham melemah, dan 242 saham stagnan dari 597 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TKLM) menjadi penekan utama IHSG setelah melemah 7,42%, disusul saham PT HM Sampoerna Tbk yang melemah 3,55% di akhir sesi I.
Baca Juga
Seluruh sembilan indeks sektoral IHSG menetap di zona merah dengan tekanan terbesar datang dari sektor infrastruktur yang melemah 3,81%, disusul sektor pertanian yang melemah 2,02%.
Indeks saham lain di kawasan Asia Tenggara terpantau bergerak variatif siang ini, dengan indeks FTSE Malay KLCI menguat 0,01%, indeks FTSE Straits Time naik 0,34%, indeks SE Thailand melemah 0,18%, dan indeks PSEi Filipina turun 1,41%.
IHSG Melemah di saat pasar saham Asia juga bergerak di zona merah hari ini, menyusul pelemahan bursa saham Amerika Serikat dan saham teknologi global.
Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing melemah 0,87% dan 0,13%. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,09%, sedangkan indeks Shanghai Composite melemah 0,12%.
Semalam di Wall Street, indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing mnelemah 0,6%, sedangkan indeks Nasdaq tergelincir 1,4%.
Indeks teknologi melemah 1,8% karena kinerja mengecewakan dari Facebook, Twitter dan Netflix memicu kekhawatiran tentang pertumbuhan di masa depan untuk sektor yang telah menyebabkan saham AS mencapai rekor tertinggi ini.
"Saham AS bergerak rendah dalam semalam tetapi sentimen terhadap risiko terlihat lebih optimis di kelas aset lainnya," analis di JP Morgan mengatakan dalam sebuah catatan, seperti dikutip Reuters.