Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Turun Dalam 5 Sesi Perdagangan, Ditekan Sentimen Kanada dan AS

Harga minyak mentah kembali menurun dalam lima sesi perdagangan terakhir seiring proyeksi kembalinya produksi Kanada dan kenaikan stok di Amerika Serikat.
Harga minyak turun/nicholloils.com
Harga minyak turun/nicholloils.com

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah kembali menurun dalam lima sesi perdagangan terakhir seiring proyeksi kembalinya produksi Kanada dan kenaikan stok di Amerika Serikat.

Pada perdagangan Selasa (24/5/2016) pukul 17:05 WIB harga minyak WTI kontrak Juni 2016 turun 0,18 poin atau 0,37% menuju US$47,90 per barel. Angka tersebut menunjukkan harga meningkat 16,29% sepanjang tahun berjalan.

Dalam waktu yang sama, harga minyak Brent kontrak Juli 2016 merosot 0,25 poin atau 0,52% menjadi US$48,10 per barel. Artinya, harga sudah terkerek 17,33% sepanjang 2016.

Bjarne Schieldrop, Chief Commodities Analyst SEB AB, menyampaikan harga minyak mentah merosot dalam lima sesi perdagangan terakhir. Terkini, koreksi terjadi akibat sejumlah industri di Kanada yang siap memacu kembali produksi setelah kebakaran hutan yang menghambat lebih dari 1 juta barel.

Selain itu, rapat OPEC pada 2 Juni mendatang menyangsikan menghasilkan putusan perihal pemangkasan pasokan. Alasan utama ialah negara-negara anggota ingin mempertahankan pangsa pasar sekaligus meminggirkan.

Dia menambahkan penguatan dolar turut menekan harga harian. Pada perdagangan Selasa (24/5) pukul 17:07 WIB indeks dolar AS naik 0,175 poin atau 0,18% menuju ke 95,406.

"Dalam jangka pendek, proses rebalancing terganggung besarnya sisi suplai. Kemarin, harga terkoreksi akibat kembalinya pasokan Kanada dan penguatan dolar," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (24/5/2016).

Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, menuturkan harga minyak mentah melemah menuju US$47 per barel akibat langkah Iran yang terus berusaha menggenjot kapasitas ekspor minyak menjadi 2,2 juta barel per hari.

Gangguan pasokan dari sejumlah negara pengekspor besar seperti Nigeria, Kanada, dan Venezuela memang menimbulkan harapan bahwa pasokan mungkin telah menurun. Namun, hal ini hanya sementara karena harga akan semakin merosot dan produksi global kembali level tertinggi di bulan Januari.

Rapat OPEC segera digelar, tetapi optimisme mencapai kesepakatan pembatasan produksi sangat rendah. Menurut Lukman, sentimen ini dapat menjadi pendorong bagi investor bearish untuk membuat harga minyak bergerak semakin rendah.

Dari sudut pandang teknikal, sentimen bullish masih mendominasi, tetapi apabila harga jatuh di bawah US$47,50 per barel, maka harga dapat menuju US$46,50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper