Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Headline Market: Indosat Cari Utang Rp1 Triliun

Setelah mendapatkan fasilitas kredit Rp1 triliun sekitar 3 bulan lalu, PT Indosat Tbk. kembali menjajaki pinjaman senilai Rp1 triliun dari dua lembaga keuangan.

Bisnis.com, JAKARTA - Setelah mendapatkan fasilitas kredit Rp1 triliun sekitar 3 bulan lalu, PT Indosat Tbk. kembali menjajaki pinjaman senilai Rp1 triliun dari dua lembaga keuangan.

Pada Juli lalu, perseroan telah mendapat fasilitas kredit investasi dari PT Bank BCA Tbk. senilai maksimal Rp1 triliun. Pinjaman tanpa jaminan itu diberikan dengan tenor 5 tahun dan tingkat bunga 9%. 

Head Investor Communications Indosat Andromeda H. Tristanto menyampaikan pihaknya kembali menjajaki dua bentuk kerja sama pinjaman bilateral, masing-masing dengan perbankan asing dan lembaga keuangan milik negara senilai total Rp1 triliun.

“Totalnya Rp1 triliun dari kedua lembaga itu, tetapi dengan kerja sama terpisah. Kami belum bisa umumkan nilai karena masih proses,” ujarnya, Rabu (30/10/2013).

Indosat menginginkan tenor dan tingkat bunga pinjaman yang sedang dijajaki tersebut serupa dengan level utang dari BCA, yakni berjangka waku 5 tahun dengan bunga maksimal sekitar 9%.

Dana hasil pinjaman itu akan digunakan untuk kebutuhan ekspansi dan dapat pula dipakai untuk membayar kembali (refinancing) utang jatuh tempo tahun depan.

Dia menyebutkan anggaran belanja modal tahun depan diperkirakan sekitar Rp8 triliun atau sama dengan anggaran tahun ini.

Dana sebagian besar digunakan untuk modernisasi atau menambah jaringan dan kebutuhan ekspansi organik lain.

“Sisa utang jatuh tempo tahun ini tinggal Rp100 miliar. November segera dibayar menggunakan dana kas internal.  Aman,” katanya.

Dia menambahkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memberi tantangan tersendiri.

Pasalnya, total utang Indosat dalam bentuk valas mencapai US$940 juta atau setara Rp10,3 triliun. Jumlah itu sekitar 50% dari keseluruhan utang.

“Rugi selisih kurs pada kuartal III akan membengkak. Namun, yang perlu dicatat bahwa itu hanya dalam pencatatan saja, bukan kerugian secara riil,” tegasnya.

Utang valas pada tahun ini dan tahun depan tidak terlalu signifikan. Menurutnya, jumlah utang valas terbesar baru akan jatuh tempo pada 2020 senilai US$650 juta.
Kinerja Ikut Turun

Dihubungi terpisah, analis PT AAA Asset Management Farash Farich memperkirakan kinerja Indosat pada kuartal ketiga tahun ini akan sedikit menurun dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama tahun lalu.

Hal itu disebabkan pembengkakan rugi kurs yang signifikan terhadap porsi utang valas.

“Pelemahan rupiah terjadi pada Agustus-September. Itu sangat mempengaruhi kinerja emiten berbasis valas, termasuk Indosat, pada kuartal ketiga,” katanya.

Kendati demikian, dia menilai posisi rugi kurs akan kembali menyusut pada kuartal keempat karena nilai tukar rupiah diperkirakan kembali menguat seiring derasnya aliran dana asing yang masuk ke Indonesia.

“Indosat juga sudah memiliki kebijakan kontrak hedging, jadi kami pikir kerugian tak akan terlalu signifikan, meski periode saat ini lebih diwaspadai,” tuturnya. (Lavinda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper