Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Harga Emas 2025: Investor Tunggu Pengumuman Suku Bunga di AS

Ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) di tengah data ekonomi yang lemah telah meningkatkan minat investor terhadap emas sebagai aset safe haven.
Ilustrasi emas batangan./Dok. Freeport Indonesia
Ilustrasi emas batangan./Dok. Freeport Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) di tengah data ekonomi yang lemah telah meningkatkan minat investor terhadap emas sebagai aset safe haven.

Zhu Shanying, analis di CITIC Futures Co. menilai kekhawatiran akan resesi membuat emas bertahan kuat setelah mencatatkan kenaikan hampir 2% pekan lalu.

"Data ekonomi AS yang lemah dan ketakutan akan resesi telah meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga, yang semuanya mendukung emas," kata Zhu seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (10/3/2025).

Ia memperkirakan, meskipun harga emas stabil mendekati US$2.910 per ons, logam mulia ini masih akan terikat dalam kisaran sebelum Federal Reserve (The Fed) mengumumkan keputusan kebijakan terbarunya pada akhir bulan ini.

Harga emas spot tercatat stabil pada level US$2.910,40 per ons pada pukul 14.49 WIB. Harga emas ini mencerminkan peningkatan sekitar 11% sepanjang tahun ini. Rekor harga emas tertinggi sejauh ini sedikit di atas $2.956 per ons bulan lalu. Kenaikan harga emas ini didorong oleh kecemasan investor terhadap prospek ekonomi global dan tanda-tanda berlanjutnya pembelian oleh bank sentral.

Harga emas bertahan kuat setelah mencatatkan kenaikan mingguan, didorong oleh meningkatnya kekhawatiran tentang prospek ekonomi global. Investor memilih aset safe haven di tengah ketidakpastian yang meluas.

Harga emas spot tercatat stabil mendekati level $2.910 per ons pada pukul 14.02 waktu Singapura, setelah naik hampir 2% pada pekan lalu. Secara tahunan, harga emas telah melonjak 11%, dengan rekor terbaru sedikit di atas $2.956 per ons bulan lalu.

Di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa ekonomi sedang menghadapi 'periode transisi' seiring dengan fokusnya pada tarif dan pemutusan hubungan kerja (PHK) federal. Sementara itu, data dari China menunjukkan adanya tekanan deflasi yang terus-menerus, memperburuk sentimen pasar global.

Ketua The Fed, Jerome Powell, mengakui adanya ketidakpastian ekonomi yang meningkat di AS. Namun, ia menyatakan bahwa para pejabat belum perlu terburu-buru untuk menyesuaikan kebijakan moneter, sebagaimana disampaikan dalam pernyataan pada Jumat lalu. Sementara itu, pengukur GDPNow dari Federal Reserve Atlanta mengindikasikan kemungkinan kontraksi ekonomi AS pada kuartal ini. Biaya pinjaman yang lebih rendah cenderung menguntungkan emas karena sifatnya yang tidak memberikan bunga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper