Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia diproyeksi melemah pada Jumat (7/2/2025) seiring dengan sikap pasar yang menanti rilis data ketenagakerjaan AS yang akan membantu menjelaskan arah suku bunga ke depan.
Mengutip Bloomberg, bursa berjangka untuk Australia, Hong Kong dan Jepang semuanya melemah, dan Jepang sebagian terbebani oleh menguatnya yen. Mata uang Jepang menguat terhadap dolar AS untuk hari keempat menjadi sekitar 151 per dolar, level tertinggi sejak awal Desember. Perdana Menteri Shigeru Ishiba akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada hari Jumat.
Perhatian investor di pasar Asia akan tertuju pada rilis data yang meliputi pengeluaran rumah tangga di Jepang, pembelian obligasi langsung oleh Bank of Japan, inflasi di Taiwan, dan keputusan suku bunga di India.
Perkiraan konsensus menunjukkan Reserve Bank of India akan memangkas suku bunga pembelian kembali acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%, namun beberapa analis mengatakan ada kemungkinan RBI akan memangkas dua kali lipat jumlah tersebut.
Sementara itu, Indeks S&P 500 ditutup 0,4% lebih tinggi, sedangkan Nasdaq 100 menguat 0,5% pada perdagangan Kamis (6/2/2025). Saham Amazon.com Inc turun dalam perdagangan setelah jam perdagangan bursa menyusul pendapatan yang menunjukkan proyeksi laba untuk kuartal ini di bawah perkiraan analis. Kekurangan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan terus meningkatkan pengeluaran untuk mendukung layanan kecerdasan buatan.
Sementara itu, obligasi AS atau US Treasury sedikit lebih rendah pada kurva pada hari Kamis. Indeks dolar yang dilacak terhadap sejumlah mata uang sedikit berubah.
Baca Juga
Pergerakan ini menandakan adanya ketenangan menjelang angka upah nonpertanian yang akan dirilis pada Jumat malam yang akan memfokuskan kembali para pedagang untuk menjauh dari sentimen tarif pada awal minggu yang awalnya mengguncang pasar keuangan.
Laporan pekerjaan baru diperkirakan menunjukkan 175.000 tenaga kerja baru ditambahkan ke perekonomian AS. Data yang lemah dapat meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve lebih lanjut, sementara angka yang lebih kuat dari perkiraan mungkin mempunyai efek sebaliknya.
Data pekerjaan terpisah yang dirilis pada Kamis menunjukkan klaim pengangguran awal meningkat sementara produktivitas tenaga kerja tetap kuat.
Selain data ketenagakerjaan, Wall Street akan mencermati revisi pertumbuhan lapangan kerja. Para ekonom memperkirakan hal ini akan besar, namun mungkin tidak seburuk perkiraan awal.
Tom Essaye dari The Sevens Report mengatakan laporan tenaga kerja pada hari Jumat penting bagi pasar karena jika itu adalah Goldilocks, maka itu akan membantu mendukung pasar di tengah semua kebisingan tarif dan kebijakan ini.
“Namun, jika bukan Goldilocks, hal ini akan menambah hambatan pada aset berisiko dan kemungkinan akan menekan saham,” jelasnya.