Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melaporkan produksi minyak sawit pada Februari 2024 mengalami penurunan.
Secara terperinci, produksi crude palm oil (CPO) pada Februari 2024 turun 8,25% (month-to-month) menjadi 3,88 juta ton. Begitupun dengan produksi palm kernel oil (PKO) turun 8,24% (MtM) menjadi 369.000 ton.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan, penurunan produksi minyak sawit pada Februari 2024 disebabkan jumlah hari kerja yang lebih sedikit dibandingkan Januari 2024.
Selain produksi yang anjlok, kata Mukti, konsumsi minyak sawit pada bulan yang sama juga mengalami penurunan. Konsumsi minyak sawit secara keseluruhan pada Februari 2024 turun 4,02% (MtM) menjadi 1,86 juta ton.
Secara terperinci, konsumsi minyak sawit untuk pangan turun 3,87% (MtM) menjadi 768.000 ton. Selain itu konsumsi minyak sawit untuk oleokimia turun 6,42% (MtM) menjadi 175.000 ton dan konsumsi untuk biodiesel turun 3,77% (MtM) menjadi 920.000 ton.
"Penurunan konsumsi juga antara lain disebabkan jumlah hari kalender Februari yang lebih sedikit dari bulan Januari," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (1/5/2024).
Baca Juga
Produksi yang turun juga diiringi oleh kinerja ekspor minyak sawit yang melemah pada Februari 2024 sebesar 26,48% (MtM) menjadi 2,16 juta ton. Mukti mengatakan, penurunan ekspor terbesar terjadi pada produk olahan CPO dari sebelumnya 1,93 juta ton menjadi 1,49 juta ton. Sementra itu, ekspor olahan PKO naik dari 106.000 ton menjadi 129.000 ton.
Penurunan volume ekspor secara bulanan pada Februari 2024 yang terbesar terjadi untuk tujuan India sebesar 287.0000 ton dari 527.000 ton menjadi 240.000 ton. Selanjutnya, ekspor ke Pakistan turun sebesar 97.000 ton dari 284.000 ton menjadi 187.000 ton dan ekspor tujuan Afrika turun 91.000 ton dari 639.000 ton menjadi 548.000 ton.
Ekspor tujuan China juga turun sebesar 49.000 ton dari 375.000 ton menjadi 326.000 ton, ekspor ke Bangladesh turun sebesar 43.000 ton dari 77.000 ton menjadi 34.000 ton, serta ekspor ke EU turun sebesar 27.0000 ton dari 368.000 ton menjadi 341.000 ton.
"Akibat dari penurunan volume ekspor yang besar tersebut, nilai ekspor Februari hanya mencapai US$1.808 juta, turun dari US$2.304 juta pada Januari, meskipun harga CPO cif Rotterdam naik dari US$ 958/ton menjadi US$965/ton,” jelasnya.