Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham-Saham yang Melonjak Dobel Digit saat IHSG Anjlok 1,4 Persen

Sejumlah saham masih melonjak dobel digit di tengah pelemahan IHSG dan Bursa Asia lainnya.
Artha Adventy,Hafiyyan
Artha Adventy & Hafiyyan - Bisnis.com
Rabu, 4 Oktober 2023 | 10:19
Sejumlah saham masih melonjak dobel digit di tengah pelemahan IHSG dan Bursa Asia lainnya. Bisnis/Himawan L Nugraha
Sejumlah saham masih melonjak dobel digit di tengah pelemahan IHSG dan Bursa Asia lainnya. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah saham masih melonjak dobel digit di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Rabu (4/10/2023). IHSG turut terseret sentimen Bursa Asia yang tertekan.

Pada pukul 10.11 WIB, IHSG turun 1,31 persen atau 90,68 poin menjadi 6.850,20. IHSG bahkan semppat anjlok 1,4 persen ke level 6.841,80.

Tercatat 441 saham melemah, 85 saham naik, dan 167 saham stagnan. Sejumlah saham masih melonjak dobel digit di tengah pelemahan IHSG.

Saham JAWA naik 34,57 persen menyentuh batas ARA, ke level Rp109. Selanjutnya, saham Grup Mayapada di sektor properti, MPRO melonjak 23,61 persen ke Rp3.560.

Saham GSMF naik 17,74 persen ke Rp73, saham CHEM naik 14,85 persen ke Rp116, saham FIRE naik 13,64 persen ke Rp100, dan saham SKLT naik 10,66 persen ke Rp4.050. Saham SKLT naik di tengah rencana stock split 1:10.

Saham Top Gainers IHSG Pagi Ini

  1. JAWA (34,57 persen)
  2. MPRO (23,61 persen)
  3. GSMF (17,74 persen)
  4. CHEM (14,85 persen)
  5. FIRE (13,64 persen)
  6. SKLT (10,66 persen)

IHSG dan Bursa Asia lainnya melemah di tengah sentimen hawkish The Fed. Hal itu turut menekan bursa global, seperti Wall Street. 

Bursa Asia seperti Nikkei 225 anjlok 1,92 persen, Topix Index Tokyo turun 2,04 persen, Hang Seng Index turun 0,66 persen, dan MSCI Asia Pasifik terkoreksi 0,31 persen.

Sebelumnya pagi ini WIB, Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Selasa (3/10/2023) seiring dengan arah Federal Reserve (The Fed) yang memertahankan suku bunga tinggi.

Dow Jones Industrial Average turun 430,97 poin, atau 1,29 persen menjadi 33.002,38, S&P 500 kehilangan 58,94 poin atau 1,37 persen menjadi 4.229,45, dan Nasdaq Composite turun 248,31 poin atau 1,87 persen menjadi 13.059,47.

Indeks S&P 500 ditutup pada level terendah sejak 1 Juni pada hari Selasa karena data ekonomi menggarisbawahi pandangan Federal Reserve mungkin perlu mempertahankan suku bunga tetap tinggi, mengutip Reuters.

“Skenario yang diasumsikan sebagian besar investor adalah The Fed pada akhirnya perlu memangkas suku bunga jangka pendek, dan kita akan kembali ke lingkungan suku bunga yang menguntungkan. Tetapi investor melihat skenario yang berbeda sekarang – suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” kata Rick Meckler, partner di Cherry Lane Investments.

Suku bunga tinggi akan memengaruhi biaya pinjaman yang lebih tinggi sehingga berdampak negatif bagi dunia usaha dan konsumen.

Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan tidak ada urgensi bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga kebijakannya lagi, namun kemungkinan akan memakan waktu "waktu yang lama" sebelum penurunan suku bunga dianggap tepat.

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan dia terbuka untuk menaikkan suku bunga lagi, kemungkinan pada pertemuan bank berikutnya.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih memprediksi IHSG bergerak mixed cenderung melemah terbatas dalam range 6.900-6.970.

Adapun sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, dari dalam negeri, Menurut S&P Global, indeks PMI manufaktur Indonesia periode September 2023 tercatat sebesar 52,3. Hasil tersebut turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 53,9, sekaligus berada pada level terendah sejak Mei 2023.

Pertumbuhan output produksi dan pesanan baru melemah, sedangkan ekspor mengalami perbaikan. Secara keseluruhan, Industri manufaktur domestik berada di level ekspansif dalam 25 bulan beruntun.

Di sisi lain, pemerintah menyiapkan Dana Insentif Daerah (DID) kepada Pemda dengan kinerja terbaik dalam pengendalian inflasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, masing-masing alokasi sebesar Rp1 triliun dan Rp3 triliun. Pemerintah juga mengalokasikan tambahan Dana Desa sebesar Rp2 triliun kepada 15.097 desa berprestasi di Indonesia.

Track all markets on TradingView

Dari mancanegara, pada awal pekan, The Fed mengisyaratkan tren suku bunga tinggi akan berjalan lebih lama, bahkan kenaikan suku bunga lanjutan diperlukan jika data menunjukkan bahwa penurunan inflasi terhenti. Akibat pernyataan tersebut, imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun terakselerasi di level 4,79 persen dan menjadi yang tertinggi sejak 2007 (3/10/23).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy & Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper