Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bakal meningkat pada Semester II/2023 seiring prospek pemilu, sedangkan penjualan hewan qurban Iduladha yang lesu sebagai dampak dari daya beli yang menurun.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal lebih stabil pada periode kedua semester ini. Sentimen pemilu bakal menjadi penggerak.
Pada penutupan perdagangan Selasa (27/6/2023) sebagai hari terakhir paruh pertama 2023, IHSG ditutup di zona merah dengan turun 0,04 persen ke level 6.661,87.
Sepanjang perdagangan IHSG bergerak di rentang 6.679,62 hingga 6.652,90. Adapun secara akumulasi semester I/2023, IHSG turun sebesar 2,09 persen. Sementara itu kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp9.491,84 triliun.
Selain soal IHSG, terdapat pula informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan redaksi BisnisIndonesia.id pada Kamis (29/6/2023), di antaranya adalah:
1. Prospek IHSG di Paruh Kedua
Baca Juga
Head of Research NH Korindo Liza Camelia Suryanata memproyeksikan IHSG pada paruh kedua dapat bergerak ke posisi 7.000 hingga 7.100, tetapi dia kurang yakin dapat ditutup di area all time high 7.300-7.400.
“IHSG diproyeksi bullish namun relatif sideways, tapi tidak terlihat potensi bearish terlalu dalam,” katanya kepada Bisnis, Selasa (27/6/2023).
Liza menjelaskan gerak IHSG pada semester II akan memiliki setidaknya empat sentimen dengan mayoritas dipengaruhi oleh sentimen pemilu. Hal tersebut disebabkan hajatan 5 tahun sekali itu akan meningkatkan belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga.
Pada pemilu 2024, Liza memproyeksikan nilai kampanye yang lebih besar dari sebelumnya karena calon-calon yang akan maju tidak ada yang berasal dari petahana. Dana yang dihabiskan untuk kampanye juga akan lebih banyak.
2. Prospek Saham Medco (MEDC) Tersengat Harga Minyak
Memasuki pekan akhir Juni 2023, emiten minyak dan gas (migas), PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) mendapat angin segar untuk menambah ruang pertumbuhan. Kondisi itu seiring dengan menguatnya harga minyak mentah dunia.
Adapun harga minyak mentah menguat setelah laporan pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan stok nasional turun paling banyak dalam dua bulan. Hasil tersebut melampaui ekspektasi pasar. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus menguat 2,75 persen menjadi menetap pada US$69,56 per barel di New York Mercantile Exchange pada akhir perdagangan Rabu (28/6/2023) waktu setempat.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus melonjak 2,45 persen, menjadi ditutup pada US$74,03 per barel di London ICE Futures Exchange. Catatan Bisnis seperti mengutip Bloomberg, Kamis (29/6/2023), berdasarkan data Administrasi Informasi Energi, stok minyak mentah AS turun 9,6 juta barel pekan lalu.
Situasi tersebut menambah sentimen bullish harga minyak, permintaan bensin naik ke level tertinggi sejak Desember 2021 dengan rata-rata empat minggu. “Meskipun pasar fisik ketat, minyak telah tertekan oleh sentimen. Minggu ini, pasar mendapatkan respons logis terhadap inventaris fisik. Pasar mungkin terbangun dengan fakta bahwa pasar cukup ketat,” kata Matt Sallee, manajer portofolio di Tortoise.
Sementara beberapa pedagang berharap dorongan permintaan musim panas untuk merevitalisasi harga minyak, WTI berada di jalur untuk penurunan kuartalan berturut-turut pertama sejak 2019, karena pemulihan ekonomi yang lamban dari China, serta kenaikan suku bunga yang agresif dari Federal Reserve AS.
Adapun Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, termasuk produsen minyak utama Arab Saudi dan Rusia. OPEC+ memompa lebih dari 40 persen pasokan minyak dunia.
3. Lesunya Penjualan Hewa Kurban Iduladha 2023 Imbas Daya Beli
Pandemi Covid-19 yang telah berakhir dan menjadi endemi, ternyata masih berdampak pada tekanan daya beli masyarakat. Hal ini berdampak pada penurunan penjualan hewan kurban Iduladha 2023.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Nanang Subendro mengatakan penjualan hewan kurban tahun ini turun sekitar 10 persen hingga 20 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
“Stok (hewan kurban) tahun ini mencukupi karena peternak memang banyak menyimpan sapi dan kerbau untuk dijual di momen Iduladha, tapi justru permintaan sedikit, mengalami penurunan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (28/6/2023).
Nanang menilai daya beli masyarakat saat ini lebih rendah terhadap hewan kurban. Padahal, harga sapi dan kerbau cenderung sama atau tidak mengalami kenaikan dari Iduladha tahun lalu.
Adapun, saat ini harga sapi dengan bobot berkisar 225 kilogram hingga 300 kilogram dipatok Rp70.000 per kilogram, sednagkan untuk sapi dengan bobot di atas 300 kilogram dijual dengan harga berkisar Rp60.000 hingga Rp70.000 per kilogram.
Penurunan penjualan hewan kurban di peternak saat ini juga disebabkan oleh munculnya penyakit kulit LSD (Lumphy Skin Disease) pasca wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Penyakit ini menyebabkan benjolan pada kulit hewan ternak.
4. Juni Melandai, Inflasi Masih Menantang
Laju inflasi di dalam negeri diperkirakan kembali melandai pada Juni 2023 menuju level 3,65 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Sentimen Iduladha dinilai tak bakal sekencang Idulfitri dampaknya terhadap inflasi.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memproyeksikan bahwa inflasi tahunan akan terus menurun hingga berada dalam target Bank Indonesia (BI) yang di kisaran 2–4 persen.
“Kami memperkirakan inflasi IHK [Indeks Harga Konsumen] turun dari 4 persen yoy pada Mei 2023, menjadi 3,65 persen yoy pada Juni 2023, kedua kalinya sejak Mei 2022 untuk inflasi berada dalam target,” ujar Faisal dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (29/6/2023).
Sejalan dengan hal tersebut, Faisal juga memperkirakan inflasi inti akan terus menurun dari 2,66 persen yoy pada Mei lalu menjadi 2,59 persen yoy pada Juni 2023.
Menurutnya, penurunan inflasi disebabkan oleh pelemahan harga emas dan penurunan inflasi inti pangan karena harga serta pasokan pangan yang cenderung terkendali.
Dia pun memproyeksikan inflasi tahunan akan semakin menurun pada paruh kedua tahun ini dan tetap berada dalam kisaran target. Akan tetapi, Faisal memperingatkan bahwa El Nino dan cuaca ekstrem akan menjadi tantangan yang mampu memengaruhi inflasi pangan.
5. Perbandingan Suku Bunga Depostio Bank Digital
Bank digital saat ini kerap dikenal sebagai bank-bank yang memberikan suku bunga simpanan yang menarik bagi para nasabahnya. Langkah itu ditempuh sebagai strategi untuk menarik minat nasabah untuk menabung di bank-bank ini.
Suku bunga yang diberikan, khususnya untuk jenis simpanan deposito, bisa mencapai 6 persen, di atas suku bunga penjaminan simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk., Indra Utoyo, mengatakan bahwa suku bunga deposito di bank digital itu tinggi karena untuk saling menutupi antara cost lending dan cost funding.
"Bank digital ini menyasar pasar yang kecil-kecil, beda dengan konvensional. Nah, ini cost-nya besar. Oleh karena itu, diharapkan juga rate yang tinggi itu tutupi cost," katanya beberapa waktu lalu di Jakarta.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan bahwa penerapan suku bunga deposito tinggi di bank digital menjadi bagian dari strategi dalam meraup nasabah. Menurutnya, LPS tak dapat berbuat banyak dalam mencampuri strategi bisnis tersebut.
Hanya saja, suku bunga deposito yang tinggi melebihi bunga penjaminan LPS masuk ke dalam kategori tak layak jamin.
Itulah 5 berita pilihan dari Bisnisindonesia.id hari ini, untuk melihat berita mendalam lainnya silakan berkunjung ke laman Bisnisindonesia.id.