Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dinilai berpotensi memberikan keuntungan bagi bisnis sejumlah emiten yang ada di pasar modal, sehingga sahamnya pun menjadi sasaran rekomendasi beli oleh sejumlah sekuritas.
Berita tentang emiten pasar modal menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Senin (29/8/2022):
1. Cermati Emiten Pilihan Sekuritas Kala Suku Bunga BI Meningkat
Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen pada Selasa (23/8). Seiring dengan keputusan ini, pasar saham sempat menghijau, tecermin dari IHSG yang meningkat. Namun, setelahnya IHSG terkoreksi lagi.
Alhasil, sepanjang pekan lalu, IHSG tercatat turun tipis 0,52 persen dibanding pekan sebelumnya dan ditutup di level 7.135,25.
Keputusan BI ini sekaligus mengakhiri sikap bank sentral Indonesia ini yang selama ini tidak tergoyahkan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan, di saat bank sentral global ramai-ramai menaikkan suku bunga acuan mereka.
Terkoreksinya IHSG pekan lalu boleh jadi merupakan respons investor setelah lebih dalam mencerna keputusan BI tersebut, yang meskipun seharusnya tidak mengejutkan, bagi beberapa investor tergolong mengejutkan sebab di luar ekspektasi.
Walaupun demikian, sejumlah sekuritas menilai masih ada beberapa emiten yang menarik untuk dikoleksi oleh investor di tengah keputusan BI tersebut.
2. Jalan Terjal Mengejar Target Bebas Emisi
Negara seperti Amerika Serikat dan China, serta blok Uni Eropa yang merupakan penyumbang emisi terbesar di dunia telah menyiapkan bujet jumbo untuk mencapai target nol bersih atau net zero emission hingga 2050. Namun, ternyata banyak kendala yang melintang.
Berdasarkan data International Energy Agency (IEA) pada 2021, ketiga negara dan kawasan ini menduduki peringkat tiga teratas sebagai produsen emisi karbon.
World Economic Forum dalam situs resminya pada Jumat (26/8/2022), menjelaskan bahwa kapasitas produksi listrik sebanyak dua per tiga berasal dari energi fosil yang kotor seperti batu bara, gas, dan minyak.
Sementara yang bersumber dari bahan baku karbon rendah baru mencapai sepertiga, yang terdiri dari 26 persennya merupakan energi baru terbarukan (EBT) dan sekitar 10 persen berasal dari tenaga nuklir.
Sejumlah negara dan kawasan telah menyiapkan rencana untuk mengejar target bebas emisi, tetapi kendala minimnya investasi, lemahnya komitmen meninggalkan energi fosil, lambatnya implementasi, hingga peperangan telah membuat misi ini makin menantang.
3. Optimisme Perbankan di Bisnis Kartu Kredit Tak Lekas Goyah
Bisnis kartu kredit perbankan melaju dengan cukup menggembirakan pada paruh pertama tahun ini. Belum ada keraguan terhadap kelanjutan pemulihan ini pada sisa tahun ini, kendati ada ancaman kenaikan suku bunga dan inflasi yang bisa melemahkan daya beli masyarakat.
Bank Indonesia (BI) mencatat nilai transaksi kartu kredit mencapai Rp26,62 triliun per Juni 2022. Nilai transaksi tersebut naik 34 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) dari sebelumnya Rp19,81 triliun pada periode yang sama tahun 2021 lalu.
Secara terperinci, nilai transaksi kartu kredit tersebut terbagi menjadi dua komponen, yakni nilai transaksi tunai dan nilai transaksi belanja, yang masing-masing di dalamnya terdapat komponen domestik dan internasional.
Berdasarkan data Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan Indonesia (SPIP) yang dirilis BI per Juni 2022, nilai transaksi kartu kredit didominasi oleh komponen nilai transaksi belanja yang mencapai Rp25,96 triliun. Sisanya, yakni Rp657 miliar, merupakan nilai transaksi tunai pada Juni 2022.
Kenaikan tidak hanya tidak terjadi nilai transaksi, tetapi juga pada volume transaksi kartu kredit yang ikut tumbuh sebesar 20 persen YoY. Volume tersebut naik dari 23,22 juta transaksi menjadi 27,93 juta transaksi.
4. Tarif Baru Ojek Online di Tengah Rencana Kenaikan Harga BBM
Pengguna transportasi ojek online setidaknya harus bersiap merogoh kocek lebih dalam. Sebab, tarif ojol bakal mengalami kenaikan hingga 30 persen mulai Senin (29/8/2022). Ongkos baru ini berlangsung di tengah desas-desus pemerintah memotong memangkas bahan bakar minyak (BBM).
Tarif ojek online disesuaikan oleh Kementerian Perhubungan pada 4 Agustus lalu. Peningkatan harga jasa ojek daring diputuskan setelah terakhir kali pada 2019. Semula, pemerintah memutuskan aturan itu berlaku pada 14 Agustus. Belakangan mundur menjadi 29 Agustus.
Kementerian beralasan bahwa langkah ini diambil seiring dengan masih minimnya sosialisasi kepada masyarakat pengguna maupun mitra driver. Alhasil, tarif baru bakal berlaku mulai besok. Beleid itu tertuang dalam Kepmenhub No KP 564/2022.
Regulasi tersebut mengatur tentang Pedoman Penghitungan Biaya Jasa Penggunaan Sepeda Motor Yang Digunakan Untuk Kepentingan Masyarakat Yang Dilakukan Dengan Aplikasi. Artinya seluruh ojek berbasis aplikasi termasuk dalam kebijakan Menhub Budi Karya Sumadi.
Pada aturan terbaru, Kemenhub menaikkan sejumlah tarif. Beberapa kategori yang dinaikkan adalah biaya jasa batas bawah dan batas atas khusus untuk wilayah Jabodetabek, serta biaya jasa minimal untuk seluruh Indonesia.
Kemudian, harga ini akan dievaluasi setiap tahun. Jarak tempuh untuk tarif minimal dari pengguna juga menjadi 5 kilometer (km) dari semua 4 km. Aturan baru tersebut berlaku untuk layanan seperti Go Ride dari perusahaan aplikasi Gojek, GrabBike dari Grab, Maxim maupun ojek online lainnya.
5. Akhir Tahun 2022 Uji Coba Bayar Tol Tanpa Berhenti, Sudah Siap?
Siap-siap, sebentar lagi, di akhir tahun ini, Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mulai menerapkan uji coba transaksi jalan tol tanpa kartu atau Multi Lane Free Flow (MLFF).
Kementerian PUPR tengah menyiapkan menyiapkan satu lajur tanpa pintu gerbang atau gantry tol di Jalan Tol JORR S, Jalan Tol Jagorawi. Uji coba mulai di JORR S, di Jagorawi, nanti mendorong di ruas tol Samarinda – Balikpapan di beberapa ruas lagi. Adapun tahap pertama uji coba MLFF akan dilakukan pada 5 hingga 6 ruas.
Penerapan sistem transaksi tol non-tunai nirsentuh atau MLFF di akhir tahun 2022 ini sekaligus menggantikan E-toll yang sudah berlaku sejak tahun 2017. E-toll dinilai tidak efisien bagi masyarakat dan menyebabkan kerugian hingga Rp4,4 triliun per tahun akibat adanya antrean di gerbang tol.
Hal ini karena masih ada antrean lebih kurang 5 detik saat pengguna jalan melakukan tapping kartu untuk pembayaran nontunai di gerbang tol. Meskipun sisten tersebut sudah diterapkan sejak tahun 2017 hingga sekarang dan sudah diatur agar antreannya berkurang, namun tetap timbul kerugian.