Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga BBM di Amerika Serikat Turun Drastis, Sinyal Resesi Global?

Harga BBM di Amerika Serikat turun ke bawah US$4 per galon, menunjukkan permintaan minyak mentah tengah melambat akibat kekhawatiran tentang resesi global.
Fasilitas produksi minyak Rusia di Vankorskoye, Siberia./Antara-Reuters
Fasilitas produksi minyak Rusia di Vankorskoye, Siberia./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga BBM di Amerika Serikat turun ke bawah US$4 per galon. Hal ini menunjukkan permintaan minyak mentah tengah melambat akibat kekhawatiran tentang resesi global.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 01.00 WIB, harga minyak berjangka WTI untuk kontrak September menguat 2,77 persen ke posisi US$94,48 per barel. Begitu pun dengan harga minyak berjangka brent yang naik 2,32 persen ke posisi US$99,66 per barel untuk kontrak Oktober.

Meski mengalami penguatan pada hari ini, tetapi dalam sebulan belakangan harga minyak telah jatuh dari posisi tertinggi US$120 per barel.

American Automobile Association melansir penurunan harga minyak global ikut menarik harga BBM di Amerika Serikat menjadi US$3,99 per galon. Kejadian ini adalah pertama kalinya harga di bawah US$4 sejak Maret.

Melansir dari Bloomberg, Kepala Riset Energi Goldman Damien Courvalin menegaskan penurunan harga BBM akan berlangsung singkat.

Dia melihat kemungkinan, harga bbm bakal kembali naik ke level US$5 per gallon. Dengan begitu ada kemungkinan minyak berjangka Brent bisa mencapai US$130 per barel.

Namun, Damien mengakui ada tanda-tanda pelemahan harga minyak di pasar berjangka. Hal ini paling jelas dalam penyempitan perbedaan waktu yang diawasi ketat. Spread cepat WTI -- kesenjangan antara dua kontrak terdekatnya, yang telah menyusut menjadi sekitar 87 sen per barel, turun dari US$2,88 sebulan lalu.

Ukuran yang sebanding untuk patokan global Brent berada di US$1,34 per barel, turun sekitar dua per tiga pada periode yang sama.

Di sisi lain, boikot singkat aliran minyak Rusia ke beberapa bagian Eropa dan data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan mendorong harga lebih tinggi. Dimulainya kembali pasokan Rusia - serta upaya baru untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran - sejak itu membebani pasar.

"Sepertinya kekhawatiran permintaan mungkin sedikit berlebihan, dan harga gas yang sangat tinggi akan mendukung permintaan minyak selama musim dingin dengan pengalihan gas-ke-minyak," kata Helge Andre Martinsen, analis minyak senior di DNB Bank ASA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper