Bisnis.com, JAKARTA – Harga Bitcoin anjlok ke level terendahnya dalam sepekan di tengah kekhawatiran pasar menanti hasil pertemuan The Fed yang akan menaikkan suku bunganya dan pengetatan regulasi di sektor aset kripto.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (26/7/2022), harga Bitcoin anjlok hingga 5,4 persen ke level US$21.073.
Koreksi tersebut menghambat harapan rebound berkelanjutan Bitcoin dan membawa aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar di dunia tersebut kembali ke kisaran US$19.000 dan US$22.000. Selera risiko pasar juga terpantau rendah jelang keputusan pada pertemuan The Fed yang diprediksi menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin.
Co-Founder Fairlead Strategies Katie Stockton mengatakan pergerakan harga Bitcoin sempat stabil selama beberapa pekan dan memberi keyakinan pada investor bahwa tren koreksi telah berlalu. Meski demikian, pihaknya masih melihat potensi koreksi harga Bitcoin dalam beberapa waktu ke depan.
Kenaikan suku bunga acuan dan kasus besar pada platform kripto Three Arrows Capital menjadi katalis utama yang menekan pasar kripto pada tahun ini. Secara year-to-date, harga Bitcoin telah anjlok sekitar 55 persen.
Kekacauan ini memicu perhatian sejumlah pemerintah terhadap kelalaian dari sisi regulasi. Pemerintah AS tengah menyelidiki Coinbase Global Inc terkait potensi penyalahgunaan perdagangan aset digital.
Baca Juga
Sebelumnya, Analis kripto Yashu Gola menuturkan, bitcoin sekarang sedang dalam proses bottoming setelah naik 25 persen berdasarkan beberapa sinyal pasar.
Meski begitu, potensi kelanjutan bearish masih ada di tengah kenaikan suku bunga dan inflasi.
“Harga Bitcoin telah rebound dengan cara yang sama sejak 18 Juni, membuka pintu untuk berpotensi mengulangi sejarah reli parabola,” papar Gola dikutip dari Coin Telegraph, Selasa (26/7/2022).
Di dalam negeri, Trader Tokocrypto Nathan Alexander memaparkan, pergerakan pasar kripto pekan ini memang cukup mengecewakan. Investor kemungkinan mencermati kondisi ini sebagai sinyal harga bitcoin tidak dapat menguat lebih jauh lagi.
“Dari sisi teknikal, kinerja buruk kripto awal pekan ini disebabkan oleh ketidakmampuan BTC untuk mempertahankan kinerja di atas level Simple Moving Average dalam kurun 200 pekan terakhir di angka US$ 22.800,” ujar Nathan.