Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Melemah, Tertekan Dolar AS Akibat Nada Hawkish Powell

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange ditutup melemah 3 poin atau 0,16 persen ke level US$1.815,9 per troy ounce.
Emas Comex./.Bloomberg
Emas Comex./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas tergelincir pada akhir perdagangan Rabu (18/5/2022) akibat penguatan dolar AS setelah gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell memberikan nada yang lebih hawkish.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange ditutup melemah 3 poin atau 0,16 persen ke level US$1.815,9 per troy ounce.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,43 persen menjadi 103,8100.

Tim analis dari VanEck mengatakan emas kembali memainkan perannya sebagai tempat aset safe haven dan penyimpan kekayaan. Namun, banyak pendukung emas bertanya-tanya mengapa harga emas tidak lebih tinggi, mengingat semua yang telah terjadi.

"Sementara emas dan dolar AS kadang-kadang trennya lebih tinggi bersama-sama dalam periode tekanan keuangan, hubungan normalnya terbalik. Kami percaya dolar AS yang kuat telah meredam kemajuan emas di pasar saat ini," ungkap tim analis VanEck, dikutip kitco.com Kamis (19/5/2022).

Investor tampak bereaksi terhadap pernyataan hawkish dari Gubernur Federal Reserve Jerome Powell. Berbicara di acara Wall Street Journal pada Selasa (17/5/2022), Powell mengatakan Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga sampai ada "bukti yang jelas dan meyakinkan" bahwa inflasi akan turun.

Jika perlu, The Fed tidak akan ragu untuk mendorong suku bunga melewati "tingkat netral yang dipahami secara luas" untuk menurunkan inflasi, tambahnya. Tingkat netral adalah tingkat di mana kebijakan tidak mendorong atau memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada Rabu (18/5/2022) memperingatkan prospek ekonomi global yang "menantang, dan tidak pasti", karena harga pangan dan energi yang lebih tinggi dapat menekan output, pengeluaran, dan meningkatkan inflasi "di seluruh dunia."

Berbicara pada konferensi pers di Jerman, Yellen mengatakan Amerika Serikat "dalam banyak hal adalah posisi terbaik," mengingat pasar tenaga kerja dan ekonomi yang kuat dan pelepasan cadangan minyak strategis untuk membantu harga energi domestik dari meroket lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper