Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Melesat, Rupiah Ditutup Melemah ke Rp14.365

nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,02 persen atau 3,50 poin sehingga parkir di posisi Rp14.365,00 per dolar AS.
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (16/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di salah satu money changer di Jakarta, Rabu (16/2/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada hari ini, Senin (11/4/2022), beriringan dengan mayoritas mata uang lain di kawasan Asia. 

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,02 persen atau 3,50 poin sehingga parkir di posisi Rp14.365,00 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.15 WIB terpantau menguat 0,0160 poin atau 0,02 persen ke level 99,8120. 

Tidak hanya rupiah, mata uang lain di kawasan Asia turut terpantau melemah yang dipimpin oleh peso Filipina yang turun 0,88 persen terhadap dolar AS. Kemudian mata uang yen Jepang dan won Korea Selatan yang juga sama-sama melemah 0,68 persen terhadap dolar AS. 

Selain itu, dolar Taiwan juga terpantau melemah 0,63 persen, ringgit Malaysia turun 0,14 persen, baht Thailand turun 0,12 persen, dan yuan China turun 0,09 persen terhadap dolar AS. 

Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya menyampaikan dolar AS naik ke level tertinggi hampir dua tahun karena investor mencerna sinyal hawkish dari Federal Reserve, tetapi bertanya-tanya apakah nilai mata uang sudah mencerminkan langkah pengetatan lebih lanjut. 

Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun juga mencapai level tertinggi tiga tahun selama sesi sebelumnya.

"The Fed juga mengatakan akan mengurangi neraca Fed setelah pertemuan Mei pada tingkat US$95 miliar per bulan, awal dari pembalikan stimulus besar-besaran yang dipompa ke perekonomian selama pandemi," urainya dalam riset hariannya, Jumat (8/4/2022). 

Pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa tampak tertarik untuk mengendurkan stimulus pada pertemuan 10 Maret mereka, dengan beberapa mendorong untuk tindakan lebih lanjut, karena kondisi untuk menaikkan suku telah dipenuhi atau akan segera dipenuhi, risalah pertemuan ECB menunjukkan pada hari Kamis. 

Dari internal, tingkat inflasi pada April berpotensi naik akibat terbebani permintaan masyarakat. Permintaan pada Ramadan dan Lebaran meningkat, sedangkan di sisi lain ada kebijakan pemerintah yang berpotensi untuk terjadinya inflasi. 

Menurutnya beberapa kebijakan pemerintah yang mengerek inflasi pertama penyesuaian harga LPG pada 27 Februari 2022, Penyesuaian harga BBM jenis Pertamax per 1 April 2022, dan penyesuaian PPN menjadi 11 persen di 1 April 2022. 

Selain itu, kenaikan harga pangan juga bakal berkontribusi pada kenaikan inflasi, mulai dari harga pada cabai merah, minyak goreng, dan telur ayam ras di Maret. Kenaikan BBM dan emas juga selama ramadan ini bakal menyumbang inflasi. 

Dampak inflasi yang tinggi harus diantisipasi pemerintah, sebab bakal memicu kenaikan angka kemiskinan hingga daya beli masyarakat. 

Dampak paling terlihat adalah pada penurunan daya beli masyarakat. Konsumsi rumah tangga saat ini memiliki share terbesar dari total PDB Indonesia. kemudian inflasi yang tinggi di bahan pangan akan membebani masyarakat menengah bawah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper