Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa surat utang negara atau SUN mencatatkan spread yang semakin mengecil terhadap Amerika Serikat, sehingga instrumen surat utang Indonesia semakin kompetitif.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa tingginya inflasi di Amerika Serikat, yang mencapai 7 persen, membuat interest rate terhadap surat utangnya (US Treasury) masih negatif. Adanya rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed tidak membuat nilainya akan melebihi tingkat inflasi.
Menurutnya, hal tersebut menjadi sinyal positif bagi instrumen investasi Indonesia yang tetap bertahan positif. Bahkan, setelah pengumuman tapering, kinerja SUN yang terjaga membuat spread terhadap surat utang Amerika Serikat semakin menipis.
Instrumen SUN pun menjadi lebih kompetitif dan dapat menarik bagi investor, baik dalam maupun luar negeri.
"Walaupun mereka [Amerika Serikat] naikin [suku bunga] tujuh kali tetapi inflasinya di 7 persen, jadi kalau dia [suku bunganya] 2 persen masih negatif 5 persen [negative interest rate]," ujar Sri Mulyani pada Selasa (22/3/2022).
Sementara itu, inflasi Indonesia masih berada di kisaran 2 persen. Suku bunga yang berada di 5,8—6 persen membuat imbal hasil investasi tetap berada di atas inflasi.
Baca Juga
"Jadi kami relatif akan menjaga competitiveness dari SUN," ujar Sri Mulyani.