Bisnis.com, JAKARTA – Serapan pasar terhadap obligasi korporasi Indonesia diyakini akan tetap optimal meski dibayangi sejumlah sentimen negatif.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memaparkan, pergerakan pasar obligasi korporasi akan terpengaruh oleh beberapa sentimen yang saat ini muncul, seperti tensi geopolitik dan potensi kenaikan suku bunga global.
Meski demikian, ia meyakini serapan pasar terhadap obligasi korporasi akan tetap optimal meski dibayangi sentimen-sentimen tersebut.
Ia menjelaskan, salah satu sentimen pendukung prospek ini adalah likuiditas investor di pasar yang masih cukup besar. Investor masih memerlukan instrumen-instrumen seperti surat utang untuk menaruh dananya.
“Meski terpengaruh sentimen-sentimen global, investor masih memiliki likuiditas yang memadai untuk menyerap obligasi korporasi. Mereka juga memerlukan instrumen yang memiliki return optimal seperti surat utang korporasi,” jelasnya saat dihubungi pada Senin (7/3/2022).
Di sisi lain, Ramdhan mengatakan sejumlah sentimen negatif yang muncul akan membuat investor cenderung lebih selektif sebelum masuk ke pasar obligasi korporasi. Salah satu hal yang akan menjadi perhatian investor menurut Ramdhan adalah rekam jejak sebuah emiten dalam menerbitkan obligasi korporasi sebelum masuk ke instrumen tersebut.
Baca Juga
Ia mengatakan, emiten dengan pembayaran kewajiban yang tepat waktu dan tidak gagal bayar akan lebih dicari investor. Menurutnya, emiten dengan rating utang bagus tetapi belum memiliki rekam jejak baik akan kalah dengan perusahaan yang peringkatnya sedikit dibawah tetapi memiliki track record penerbitan yang positif.
“Investor akan cenderung mencari obligasi korporasi yang punya nama baik dan sejarah penerbitannya bagus. Kalau ada emiten yang 2 -3 tahun terakhir default atau restrukturisasi akan sulit dilirik,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Ramdhan mengatakan emiten-emiten yang tergolong baru atau dengan rekam jejak penerbitan yang kurang baik perlu menyiapkan kas internal yang optimal. Hal tersebut agar perusahaan memiliki dana yang cukup untuk membayar kewajiban mereka jika nantinya tidak mampu menerbitkan obligasi.