Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bitcoin Tembus US$44.000, Jadi Aset Lindung Nilai saat Konflik Rusia-Ukraina

Bitcoin dapat mengambil keuntungan dari beberapa ketidakstabilan yang kemungkinan akan menimpa dolar dan euro.
Ilustrasi Mata Uang Kripto Bitcoin/Antara
Ilustrasi Mata Uang Kripto Bitcoin/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Harga Bitcoin menguat pada perdagangan Selasa (1/3/2022), bahkan sempat menyentuh di atas US$44.000 untuk pertama kalinya sejak 17 Februari 2022.

Mengutip Bloomberg, Selasa (1/3/2022), aset kripto terbesar itu naik sebanyak 6 persen menjadi US$44.183 dan sempat diperdagangkan pada US$43.400 pada 12:54 malam waktu Hong Kong. Bitcoin menguat bersama dengan token digital utama lainnya.

Beriringan dengan kenaikan harga kripto, bursa saham acuan di seluruh Asia juga sebagian besar melejit, dengan indeks Topix Jepang naik 1 persen.

Performa Bitcoin yang lebih baik selama beberapa hari terakhir di tengah pertempuran yang semakin intensif di Ukraina dan meningkatnya sanksi terhadap Rusia membuat kenaikan harga Bitcoin menepis narasi bahwa kripto hanyalah aset berisiko biasa.

Adam Farthing, Chief Risk Officer untuk Jepang di perusahaan perdagangan crypto B2C2, mengatakan Bitcoin dapat memutuskan tautan dari risiko dan mulai menjadi aset investasi lindung nilai terhadap ketidakstabilan geopolitik dan inflasi.

“Bitcoin dapat mengambil keuntungan dari beberapa ketidakstabilan yang kemungkinan akan menimpa dolar dan euro,” sebagai akibat dari memburuknya ketegangan internasional,” kata Louis Curran, Managing Partner di Gigabyte Investment, dalam sebuah posting LinkedIn.

Meskipun masih meningkat di 0,55, korelasi Bitcoin dengan S&P 500 telah hilang setelah melampaui 0,7 awal tahun ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Korelasi 1 berarti dua aset bergerak bersama-sama dengan sempurna, sedangkan korelasi nol menunjukkan fluktuasinya sepenuhnya independen.

“Kami mencatat beberapa indikasi bahwa Bitcoin mungkin mendekati titik balik. Fakta bahwa volatilitas skew tidak diperdagangkan di dekat level tertinggi baru-baru ini menunjukkan pasar mungkin mulai khawatir tentang kurangnya investasi di Bitcoin,” kata Farthing dari B2C2. Dia merujuk pada hubungan antara harga opsi bullish dan bearish pada token digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper