Bisnis.com, JAKARTA – Setelah secara akumulatif terkoreksi pekan lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi menguat pekan depan, didorong oleh laporan keuangan emiten berkapitalisasi pasar besar yang positif dan pengumuman PDB. Namun, indeks masih rawan koreksi, dibayangi sentimen tapering the Fed mulai November.
Kabar tentang prospek IHSG pekan depan menjadi salah satu berita pilihan editor Bisnisindonesia.id. Beragam kabar ekonomi dan bisnis lainnya yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji di meja redaksi Bisnisindonesia.id.
Berikut ini intisari setiap berita pilihan:
Kekhawatiran tentang gelombang ketiga ledakan kasus Covid-19 akibat libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 membuat pemerintah berpikir menerapkan kewajiban tes reaksi berantai atau polymerase chain reaction (PCR) pada semua moda transportasi.
Kecemasan itu tidak berlebihan mengingat libur panjang senantiasa diikuti dengan lonjakan penularan virus corona. Trauma gelombang kedua akibat penyebaran cepat varian delta pertengahan tahun ini masih membekas.
Berdasarkan survei Balitbang Kementerian Perhubungan, sekitar 19,9 juta orang di Jawa dan Bali akan melakukan perjalanan pada masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Sebanyak 4,45 juta orang di antaranya melakukan perjalanan di Jabodetabek.
Namun, jika tidak diantisipasi dengan baik, penerapan tes PCR sebagai syarat perjalanan pada semua moda transportasi hanya akan menggeser masalah. Andai tidak disertai dengan pengawasan yang rapat, maka pengguna bus AKAP, misalnya, hanya akan bergeser ke angkutan umum ilegal atau kendaraan pribadi demi menghindari tes PCR.
Potensi koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG) pekan depan masih besar kendati ada sentimen dari pengumuman realisasi kinerja keuangan sejumlah emiten kakap yang cukup positif untuk periode 9 bulan tahun ini sepanjang pekan ini.
IHSG mengakhiri pekan ini, Jumat (29/10/2021), dengan koreksi 0,79% dari level penutupan akhir pekan lalu. Kemarin, IHSG kembali menguat 1,03% ke level 6.591,35, setelah sehari sebelumnya turun tajam 1,18% dari 6.602,2 menuju 6.524,08.
Analis menilai koreksi IHSG pekan ini tidak terlalu dalam, tetapi memperkirakan koreksi ini akan berlanjut secara perlahan-lahan pada minggu depan dengan batas bawah 6.250.
Pengumuman kinerja keuangan emiten-emiten berkapitalisasi pasar besar yang positif untuk periode 9 bulan tahun ini memang menjadi harapan baru bagi penguatan IHSG, tetapi tidak akan serta-merta membawa IHSG melaju ke level tertinggi baru.
Sebagai bagian dari pengembangan energi bersih, Indonesia mendukung program energy transition mechanism (ETM). Program tersebut dijalankan sebagai mekanisme untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan melalui pemberhentian operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara lebih awal.
Namun, untuk memensiunkan PLTU ini lebih dini, pemerintah membutuhkan dana Rp3.500 triliun.
Hingga Juni 2020 kapasitas pembangkit di Tanah Air mencapai 71 gigawatt (GW). Angka ini naik 1,3 GW dibandingkan dengan akhir 2019 sebesar 69,7 GW.
Sejak 2018 pengembangan pembangkit di Indonesia mulai difokuskan pada pengembangan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti pembangkit listrik tenaga bayu dan surya sembari terus melakukan peningkatan teknologi batubara bersih pada PLTU.
PLTU Paiton di Probolinggo, Jawa Timur./Istimewa
Bisnis real estat China makin babak belur dengan kekhawatiran para pemegang saham yang terus tereskalasi. Terakhir, nilai saham Kaisa Group Holdings jatuh dengan rekor 18% di Hong Kong setelah dua penilai kredit menurunkan peringkat pengembang yang berbasis di Shenzhen itu.
Obligasi 6,5% perusahaan yang jatuh tempo 7 Desember turun 5,9 sen menjadi US$52,1 sen, bersiap untuk rekor terendah, di tengah aksi jual luas utang yang dikeluarkan oleh pengembang China.
Kaisa Group adalah perusahaan terbaru yang berada di bawah tekanan karena lonjakan biaya pinjaman menghancurkan perusahaan properti dengan neraca terburuk.
Spread pada utang imbal hasil tinggi China atas Treasuries yang sebanding melebar mendekati level rekor setelah jeda singkat pekan lalu, membuat pembiayaan kembali jatuh tempo yang akan datang menjadi sangat mahal. Setidaknya empat pengembang China default pada Oktober.
Di tengah pasar mobil yang belum kembali ke level sebelum pandami Covid-19, Wuling melaju kencang dalam proses pemulihan.
Berdasarkan data Gaikindo, Wuling berhasil mencatatkan performa sepanjang 9 bulan pertama tahun ini di atas capaian pada periode yang sama pada 2019 atau periode sebelum pandemi Covid-19.
Kinerja gemilang Wuling ini mencakup produksi, wholesales atau pengiriman dari pabrik ke dealer, maupun penjualan ritel. Pada periode Januari-September 2021, produksi Wuling tercatat 17.936 unit (tumbuh 10%), wholesales 16.840 unit (tumbuh 22%), sedangkan penjualan ritel 15.383 unit (tumbuh 5%).
Padahal, Wuling sebelumnya termasuk merek yang menderita dampak pandemi paling parah.
Selamat membaca!