Bisnis.com, JAKARTA – Pada medio April 2021, Presiden Direktur PT Astra International Tbk. (ASII) Djony Bunarto Tjondro sempat menyinggung mengenai pentingnya percepatan strategi perseroan di sektor digital dan teknologi.
Terutama di tengah pandemi Covid-19. Hal itu pula yang menjadi dasar salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia tersebut cukup rajin berburu dan menggelontorkan dananya ke perusahaan rintisan (startup).
Upaya PT Astra International Tbk. (ASII) untuk memperkuat bisnis digitalnya, tampaknya belum usai. Perseroan masih terus berupaya menambah portofolio bisnis guna memperluas gurita usahanya.
Selain aktif menggandeng startup dari luar perseroan, Astra rupanya juga memacu lini bisnis bentukannya sendiri untuk memperkuat guritanya di sektor digital. Salah satunya ketika PT Sedaya Multi Investama (Astra Financial) resmi meluncurkan lini bisnis baru yakni AstraPay di bawah bendera PT Astra Digital Arta. Astrapay akan menjadi startup penyelenggara teknologi finansial uang elektronik dan dompet digital.
Selengkapnya baca di sini.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyoroti kesiapan perusahaan dagang-el (e-commerce) dalam menghadapi ratifikasi perjanjian Asean Agreement on E-Commerce (AAEC).
Dalam hal ini, DPR RI meminta penjelasan sejumlah platform e-commerce Tanah Air dalam menjamin keamanan dan perlindungan bagi konsumen serta pelaku usaha di dalam negeri.
Selengkapnya baca di sini.
Kabar baik kembali menghinggapi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Setelah mendapat persetujuan menggelar rights issue dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Agustus 2021, kini ada dukungan tambahan dari PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) alias PT PPA.
Pada Rabu (15/9/2021), PPA menandatangani Master Restructuring Agreement (MRA) bersama Bank Muamalat dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
Selengkapnya baca di sini.
Berdasarkan data Bloomberg hingga akhir sesi pertama Rabu (15/9/2021), ada sekitar 89 emiten yang masih diperdagangkan dengan harga Rp50—Rp59. Dari daftar tersebut, sekitar 72 emiten mandek di level Rp50.
Lalu, emiten mana yang berpotensi bangkit dan pamit dari klub gocapan?
Selengkapnya baca di sini.