Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Merosot, Mayoritas Saham Emiten Perkebunan Ikut Loyo

Saham AALI telah bergerak turun 2,25 persen pada level harga Rp8.700 hingga siang ini, disusul oleh saham BWPT dengan koreksi 1,90 persen menjadi Rp103
Kebun sawit./ Joshua Paul - Bloomberg
Kebun sawit./ Joshua Paul - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Koreksi harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) turut berimbas pada performa negatif saham emiten-emiten perkebunan pada Senin (14/6/2021).

Berdasarkan data dari Bursa Malaysia, harga CPO untuk kontrak Agustus 2021 terkoreksi 363 poin pada posisi 3.663 ringgit per ton. Sementara itu, harga CPO berjangka kontrak pengiriman bulan September 2021 juga turun 336 poin pada level harga 3.625 ringgit per ton.

Penurunan harga minyak kelapa sawit mentah juga turut berimbas sejumlah emiten perkebunan sawit. Hingga pukul 13.39 WIB, saham PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) anjlok 4,44 persen ke posisi Rp645. Menyusul dibelakangnya adalah PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) yang turun 3,27 persen ke Rp1.185.

Menyusul LSIP, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) turut melemah sebesar 2,91 persen ke posisi harga Rp5.000 per saham. Pada posisi keempat, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) menurun 2,42 persen ke Rp484.

Kemudian, saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) bergerak turun 2,25 persen pada level harga Rp8.700 disusul oleh PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dengan koreksi 1,90 persen dengan harga Rp103.

Selanjutnya, PT Provident Agro Tbk (PALM) juga turun sebesar 0,81 persen ke level Rp490. Sementara itu, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) menguat 0,80 persen ke level Rp1.900.

PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) terpantau mencatatkan penguatan terbesar sejauh ini, sebesar 1,50 persen ke harga Rp675.

Sebelumnya, data dari Intertek Testing Services menyebutkan, angka ekspor Malaysia pada periode 1-10 Juni 2021 terpantau anjlok 10 persen menjadi 14 persen.

Ekspor CPO ke India dan wilayah Eropa terpantau turun 20 persen dan 6 persen pada periode yang sama. Sementara itu, angka pengiriman CPO ke China melesat 46 persen.

Trader di Sprint Exim Pte, Rajesh Modi menjelaskan, lemahnya permintaan CPO dari India diperkirakan akan berlanjut sepanjang bulan Juni. Selain itu, spekulasi terkait penurunan bea ekspor CPO Indonesia turut menekan harga minyak kelapa sawit.

“Harga CPO juga ditekan oleh penurunan harga biji kedelai dan prospek kenaikan sejumlah hasil panen seperti biji matahari di Ukraina,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.

Modi memprediksi harga minyak kelapa sawit akan terus melemah menuju level 3.600 ringgit per ton.

Sementara itu, Fitch Solutions telah menetapkan proyeksi harga CPO terbaru untuk tahun 2021 pada 3.400 ringgit per ton. Angka ini lebih tinggi dibandingkan estimasi yang dikeluarkan Fitch Solutions sebelumnya pada level 3.050 ringgit per ton.

Dalam laporannya, Fitch Solutions memaparkan, keterbatasan pasokan akan menjadi sentimen utama yang mendorong kenaikan harga CPO. Fitch Solutions memprediksi kondisi pasar CPO akan tetap ketat pada kuartal II/2021.

Fitch Solutions menuturkan, jumlah pasokan dari Malaysia telah berada dibawah ekspektasi  sejak kuartal I/2021 lalu seiring dengan minimnya jumlah tenaga kerja pada lahan sawit karena pandemi virus corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper