Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Tergelincir, 10 Indeks Sektoral Memerah

IHSG melemah hingga 1,03 persen ke posisi 6.006,882. Padahal, pada pembukaan perdagangan indeks berada di zona hijau pada level 6.071,25.
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan anjlok pada perdagangan Selasa (8/6/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 14.11 WIB indeks harga saham gabungan (IHSG) ambles hingga 1,03 persen ke posisi 6.006,882. Padahal, pada pembukaan perdagangan indeks berada di zona hijau pada level 6.071,25.

Dari keseluruhan konstituen, sebanyak 358 saham terkoreksi, 147 saham berhasil menguat, dan 135 saham lainnya berada di posisi yang sama pada perdagangan sebelumnya.

Dari keseluruhan konstituen, sebanyak 358 saham terkoreksi, 147 saham berhasil menguat, dan 135 saham lainnya berada di posisi yang sama pada perdagangan sebelumnya.

Koreksi indeks dipimpin oleh saham BGTG yang terkoreksi 6,86 persen, diikuti HMSP turun 6,79 persen,. KPIG melemah 6,71 persen, dan BMTR turun 6,63 persen.

Adapun, investor asing juga tercatat melakukan transaksi jual bersih mencapai Rp271,61 miliar dengan sasar aksi jual ke AMRT sebesar Rp60,6 miliar, TOWR sebesar Rp33,6 miliar, dan TLKM sebesar Rp31,1 miliar.

Pelemahan indeks terjadi seiring dengan Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia turun pada akhir Mei 2021 dibandingkan bulan sebelumnya.

BI melaporkan cadangan devisa sebesar US$136,4 miliar, turun dari US$138,8 miliar pada April 2021.

Meski mengalami penurunan, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan bahwa posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Cadangan Devisa pada periode Mei ini pun berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” katanya dalam siaran pers, Selasa (8/6/2021).

Erwin menjelaskan, penurunan posisi cadangan devisa pada Mei 2021 disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Namun demikian, BI memandang posisi cadangan devisa ini tetap memadai, yang didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper