Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri penyedia alat berat, PT Intraco Penta Tbk. memperkuat lini usaha alat berat dengan menambah prinsipal LiuGong. Perseroan pun memperkuat bisnis non inti seperti fabrikasi dan infrastruktur, serta pembangkit listrik.
Kinerja keuangan perseroan hingga kuartal III/2020 berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp569,6 miliar dan laba kotor sebesar Rp67,5 miliar.
Lini usaha alat berat, alat konstruksi & pendukung INTA menjadi kontributor terbesar terhadap pendapatan INTA, dengan rincian penjualan alat berat sebesar Rp169,2 miliar, sementara penjualan suku cadang sebesar Rp205,5 miliar.
Jasa perbaikan alat berat menyumbang pendapatan sebesar Rp111,0 miliar, sedangkan jasa penyewaan alat berat tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp66,9 miliar.
Sementara itu, lini usaha fabrikasi dan infrastruktur mencatatkan penjualan sebesar Rp10,8 miliar, dan lini usaha lainnya menyumbang pendapatan sebesar Rp620 juta. Penjualan suku cadang tercatat meningkat sebesar 38,4 persen di kuartal III/2020 dibandingkan dengan kuartal II/2020.
“Penjualan suku cadang alat berat masih menunjukkan indikasi ketahanan di tengah kondisi menurunnya pasar alat berat di Indonesia. Diversifikasi segmen konsumen di luar sektor pertambangan yang dilakukan INTA sejak tahun lalu juga menuai hasil positif. Hingga Kuartal/III 2020, penjualan alat berat ke sektor infrastruktur tercatat sebesar 43 persen," ujar Direktur Intraco Penta Eddy Rodianto, Rabu (23/12/2020).
Baca Juga
Selanjutnya, pertambangan berkontribusi sebesar 37 persen, industri umum sebesar 4 persen, transportasi, perkebunan, dan pertanian masing-masing sebesar 1 persen, serta ke sektor lainnya sebesar 13 persen.
"Dengan memacu core business kami yaitu alat berat, kami optimis dapat mencatatkan kinerja yang lebih positif,” katanya.
Eddy Rodianto mengatakan pasar alat berat di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan dikarenakan fluktuasi harga komoditas batubara dan pandemi COVID-19, tentunya ini juga berdampak terhadap kinerja lini usaha alat berat perseroan.
Tiga pemain besar industri alat berat mengalami penurunan penjualan sepanjang tahun ini, hal itu kemudian menjadi momentum bagi produsen alat berat asal China untuk merebut market share.
"LiuGong mampu bersaing di pasar alat berat Indonesia dengan meraup market share sebesar 4 persen pada 2020 sehingga diharapkan menjadi sinyal baik bagi kinerja lini usaha alat berat perseron," katanya dalam paparan publik virtual, Rabu (23/12/2020).
LiuGong merupakan prinsipal alat berat asal China, yang mengembangkan produk- produk baru dan teknologi yang sesuai dengan kondisi geografi Indonesia yang ekstrem dan kompleks.
Eddy mengemukakan melalui nota kesepahaman anak perusahaan Intraco yaitu PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) dengan PT LiuGong Machinery Indonesia (LMI), pihaknya diberikan kewenangan untuk memasarkan, menjual serta mendistribusikan produk unit alat berat serta suku cadang merek LiuGong dan Dressta.
Sebelumnya perseroan telah mengakhiri perjanjian dealer dan distributor dengan Volvo Construction Equipment Singapore (Pte.) Ltd. dan PT Volvo Indonesia.
IPPS juga berhasil mendapatkan Surat Penunjukkan (Letter of Appointment) dari Blumaq, S.A. untuk menjadi distributor resmi produk suku cadang Blumaq di Indonesia. Blumaq sendiri merupakan produsen suku cadang alternatif untuk alat berat ternama seperti Caterpillar, Volvo, dan Komatsu.
Sebelumnya pada 2019, perseroan juga mulai melakukan diversifikasi ke pasar kendaraan niaga dengan merek Tata Motors melalui anak usaha PT Intraco Penta Wahana yaitu PT Pratama Wana Motor.
Alhasil melalui cucu usahanya, perseroan berhasil membangun beberapa dealer 3S (Sales, Sparepart, & Service) Tata Motors di beberapa wilayah Indonesia, salah satunya di Balikpapan yang merupakan kota terdekat dengan calon ibu kota baru Indonesia.
Adapun, lini usaha fabrikasi dan infrastruktur perseroan juga memupuk optimisme dalam menyongsong 2021. Proyek infrastruktur sudah mulai bangkit sejak paruh kedua 2020 yang ditandai dengan dimulainya beberapa proyek baru.
Anak usaha perseroan, PT Columbia Chrome Indonesia tahun ini dipercaya dalam fabrikasi moulding dan sistem hidrolik untuk mendukung Proyek Tol Solo-Yogya-NYIA.
Melihat peluang proyek infrastruktur yang kembali terpacu, perseroan optimis lini usaha fabrikasi dan infrastruktur dapat mengerek kinerja perseroan ke arah yang lebih positif.
Sementara untuk lini usaha Pembangkit Listrik, INTA melalui anak usaha tidak langsung yaitu PT Tenaga Listrik Bengkulu telah berhasil mencapai Commercial Operation Date (COD) pada tanggal 27 Juli 2020 setelah melewati beberapa tahapan testing.
Dengan terbitnya sertifikat COD, maka Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2x100 MW ini, yang juga merupakan PLTU berbahan bakar batu bara pertama di Bengkulu sudah bisa melakukan penjualan listrik kepada PT PLN (Persero), dan diharapkan dapat beroperasi secara handal selama 25 tahun ke depan.
Perseroan berkomitmen untuk selalu menjalin hubungan yang baik dengan semua stakeholder termasuk kontraktor, lender, dan juga dukungan dari Pemerintah Indonesia khususnya Pemerintah Daerah Bengkulu.