Bisnis.com, JAKARTA – AirAsia Group Bhd telah menghentikan pendanaan untuk cabang usahanya di India seiring dengan tersendatnya usaha penerbangan akibat pandemi virus corona.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (6/10/2020), kelangsungan usaha AirAsia India Ltd kini bergantung pada pemilik hak operasional maskapai tersebut di India, Tata Group. Sejauh ini, konglomerasi India tersebut belum menyatakan kesediaannya untuk menyelamatkan lini usahanya.
Adapun Tata Group, yang memiliki 51 persen dari saham AirAsia India, telah mengucurkan pendanaan sebesar US$41 juta atau 3 miliar rupee. Paket bantuan dana selanjutnya diperkirakan akan dikeluarkan dalam waktu dekat.
Seorang sumber dari AirAsia India menyatakan, Tata Group saat ini tengah mengkaji biaya yang akan dikeluarkan untuk membeli sisa kepemilikan saham AirAsia India. Tata juga memiliki 51 persen saham di anak perusahaan Singapore Airlines Ltd, Vistara.
Dalam sebuah wawancara di televisi lokal, Menteri Penerbangan Indai Hardeep Singh Puri mengatakan AirAsia tidak akan berhenti beroperasi di India. Menurutnya, pernyataannya beberapa waktu lalu terkait masalah ini telah dipelintir oleh media.
Sebelumnya, AirAsia menyatakan akan menghentikan kegiatan operasionalnya di Jepang dikarenakan pandemi virus corona yang menghantam sektor penerbangan. Adapun saat ini, AirAsia berencana untuk menghimpun dana sebesar US$600 juta atau 2,5 miliar ringgit untuk menutupi kerugian akibat pandemi global.
Baca Juga
Sementara itu, anak usaha AirAsia lainnya, AirAsia X Bhd tengah berdiskusi dengan kreditur untuk merestrukturisasi utangnya ditengah likuiditas perusahaan yang minim. Hal ini semakin mengancam kelangsungan usaha AirAsia X ke depannya.
Adapun AirAsia India resmi beroperasi pada 2014 lalu dengan target mencapai titik impas (break even) dalam empat bulan. Namun, tingginya pajak bahan bakar dan persaingan tarif membuat impian itu tak kunjung tercapai. Saat ini, AirAsia India memegang market share sebanyak 6,8 persen dengan lebih dari 3.000 tenaga kerja.