Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Perbankan Ramai-Ramai Dijual, IHSG Berbalik Melemah Akhir Sesi I

IHSG ditutup terkoreksi 0,22 persen ke 5.047,43 pada akhir sesi pertama.
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdurachman
Karyawan beraktifitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu melanjutkan penguatannya hingga akhir penutupan sesi I perdagangan hari ini, Kamis (17/9/2020) dan ditutup di zona merah.

Setelah mengawali perdagangan dengan kenaikan 0,4 persen, IHSG ditutup terkoreksi 0,22 persen ke 5.047,43 pada akhir sesi pertama.

Sebagian indeks sektoral juga terkoreksi dengan penurunan paling tinggi dialami oleh sektor manufaktur yang turun 0,46 persen. Menyusul dibelakangnya adalah sektor perdagangan dan prtambangan yang sama-sama terkoreksi 0,44 persen.

Saham emiten perbankan menjadi sasaran jual bersih oleh para investor asing. Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menjadi pemuncak kategori ini dengan nilai net foreign sell Rp67,5 miliar disusul oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai jual bersih Rp59,9 miliar.

Selanjutnya, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengekor BBCA dan BBNI dengan nilai jual bersih sebesar Rp35,1 miliar. Kemudian, PT United Tractors Tbk juga menjadi sasaran jual bersih dengan net foreign sell sebesar Rp14,2 miliar.

Sebelumnya, Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan pergerakan IHSG terlihat masih melalui rentang konsolidasi wajar sebelum dapat kembali melanjutkan kenaikan jangka pendeknya.

Dia menilai, data perekonomian tingkat suku bunga acuan bank Indonesia yang akan dirilis pada hari ini diperkirakan belum akan terdapat perubahan. Hal ini juga akan turut mewarnai pergerakan IHSG.

“Momentum koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan oleh para investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target jangka pendek dikarenakan kondisi perekonomian masih cukup stabil,” ungkapnya dalam riset.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper