Bisnis.com, JAKARTA – Revisi target nilai kontrak baru yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang konstruksi atau BUMN karya dinilai tepat dilakukan mengingat kondisi pandemi yang terjadi.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Selvi Oktaviani mengatakan revisi target kontrak baru yang dilakukan BUMN karya menggambarkan dampak pandemi virus corona yang signifikan terhadap kegiatan usaha.
Menurutnya, target kontrak baru yang telah ditetapkan perusahaan kini sudah realistis dan sesuai dengan keadaan saat ini. Ia cukup optimistis ada BUMN karya yang dapat mencapai nilai kontrak baru sebesar 100 persen dari target.
“Kami proyeksi emiten dapat mencapai kisaran 80 persen hingga 100 persen. Pastinya ada yang tidak mencapai target karena perolehan kontrak baru beberapa emiten masih cukup rendah hingga semester I/2020,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (1/9/2020).
Penurunan target kontrak baru tersebut juga akan berdampak pada performa perusahaan yang akan tertekan pada 2020. Namun, ia memperkirakan akan terjadi pemulihan secara perlahan, utamanya pada kuartal IV/2020.
Salah satu faktor yang mendukung hal tersebut adalah masih berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah yang menghambat pemulihan ekonomi. Di sisi lain, pemberlakuan PSBB transisi secara perlahan akan meningkatkan kinerja perusahaan dan optimisme untuk mencapai target.
Selain itu, strategi yang dipasang emiten juga akan menentukan kinerja akhir tahun. Selvi mengatakan, ada sejumlah strategi yang dilancarkan oleh perusahaan-perusahaan, salah satunya memperlambat progres pekerjaan agar menyeimbangkan kemampuan bayar pemberi kerja.
“Ada yang justru mengusahakan progress pekerjaan proyek agar dapat mempertahankan pertumbuhan pendapatan, dan ada juga yang fokus pada divestasi aset atau investasi,” ujarnya.
Hal serupa diungkapkan oleh Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada. Menurutnya, revisi kontrak yang dilakukan oleh BUMN karya wajar dilakukan mengingat terjadi penurunan aktivitas kerja. Termasuk dalam proyek pembangunan.
“Adanya pembatasan kegiatan usaha tentunya berimbas pada aktivitas kerja yang pada akhirnya akan membatasi proyeksi target terhadap pekerjaan yang akan dilakukan,” jelasnya.
Reza melanjutkan, kemungkinan perusahaan-perusahaan tersebut mencapai targetnya untuk tahun ini kemungkinan akan cukup berat. Menurutnya, kondisi pandemi saat ini diyakini masih akan menjadi penghambat laju kegiatan usaha dan pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, tahun 2020 yang tinggal menyisakan kurang dari empat bulan akan memunculkan tantangan tersendiri bagi para emiten untuk mengejar target kontrak baru yang mayoritas hingga kini belum mencapai 50 persen dari realisasi.
“Menurut kami, pencapaian target ini masih fifty-fifty. Untuk menggenjot kontrak baru dalam waktu kurang dari empat bulan akan sangat menantang,” imbuhnya.