Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Outlook Direvisi S&P Jadi Negatif, PLN Angkat Bicara

Revisi outlook PLN merefleksikan sensitivitas terhadap rating Indonesia mempertimbangkan kedekatan yang erat dan 100 persen kepemilikan pemerintah
Teknisi PT PLN (Persero) melakukan pengerjaan pemeliharaan jaringan listrik di Gardu Induk 150KV GIS Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Rabu (13/5/2020). Bisnis/Rachman
Teknisi PT PLN (Persero) melakukan pengerjaan pemeliharaan jaringan listrik di Gardu Induk 150KV GIS Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Rabu (13/5/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com,JAKARTA— PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyebut revisi prospek atau outlook perseroan dari stabil menjadi negatif oleh Standard & Poor's (S&P) sejalan dengan penurunan sovereign rating Indonesia.

Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Corporate Secretary Perusahaan Listrik Negara (PLN) Adi Setiawan membenarkan bahwa S&P telah merevisi outlook perseroan dari BBB stabil menjadi BBB negatif pada 20 April 2020.

“Penurunan outlook PLN merupakan kelanjutan dari penurunan sovereign rating lndonesia dari stabil menjadi negatif karena hingga saat ini rating PLN masih disetarakan dengan pemerintah oleh S&P,” tulis Adi dalam surat kepada BEI, Kamis (14/5/2020).

Adi menuturkan revisi outlook PLN merefleksikan sensitivitas terhadap rating Indonesia mempertimbangkan kedekatan yang erat dan 100 persen kepemilikan pemerintah. S&P menganggap PLN sebagai government-related entities (GRE).

“Pemerintah akan memberikan dukungan kepada GRE untuk dapat memenuhi kewajiban finansialnya tepat waktu oleh karena itu GRE akan mengikuti outlook atau rating dari pemerintah,” jelasnya.

Dalam kondisi saat ini, dia menyebut PLN menyadari pentingnya faktor likuiditas untuk going concern perusahaan dan meningkatkan penilaian peringkat. Sejumlah langkah penguatan likuiditas juga telah dilakukan oleh korporasi setrum milik negara tersebut.

Adapun, langkah penguatan likuiditas yang dilakukan yakni optimasi belanja modal dan biaya operasional, penguatan modal kerja, memastikan ketersediaan likuiditas valas dan rupiah yang memadai, manajemen risiko keuangan, dan mengupayakan pembayaran kompensasi oleh pemerintah.

“Diharapkan dengan diterapkannya langkah-langkah ini dapat memperkuat likuiditas perusahaan, menurunkan risiko, dan memperbaiki rating assessment bagi PLN,” imbuh Adi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper