Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSBB Berpotensi Membuat Margin Laba Sejumlah Emiten Mengerut

Aktivitas ekonomi yang terganggu akibat pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di wilayah Indonesia hampir bisa dipastikan membuat pendapatan beberapa emiten menurun.
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Aktivitas perekonomian yang terganggu akibat pemberlakukan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di wilayah Indonesia hampir bisa dipastikan membuat pendapatan beberapa emiten menurun.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menyatakan bahwa turunnya pendapatan yang tidak serta merta diimbangi dengan penurunan beban membuat potensi net profit margin atau margin laba perseroan makin mengerut.

“Pada kuartal kedua masih banyak emiten yang mempertahankan fixed cost-nya. Kami perhatikan, belum banyak emiten yang melakukan PHK [pemutusan hubungan kerja] dalam artian beban biaya mereka tetap, tapi pendapatan mereka turun,” ungkap Alfred kepada Bisnis, Jumat (8/5/2020).

Kendati demikian, dia memperkirakan emiten dari sektor farmasi, makanan, telekomunikasi, serta jasa logistik masih mampu membukukan pendapatan yang solid pada kuartal ini.

“Indofarma meskipun di alat kesehatan, tapi rugi ya, itu memang lain case karena volatilitas performa keuangannya cukup tinggi. Jadi, agak sulit kita memprediksi karena banyak faktor nonfundamental,” ujarnya.

Sementara untuk Kalbe Farma, Alfred mengungkapkan bahwa margin laba di sektor farma dalam sejarahnya memang tidak cukup besar dibandingkan dengan sektor konsumer lain. Namun, dengan catatan perseroan dapat mempertahankan margin labanya pada kuartal I/2019 dan kuartal II/2020 sebesar 11 persen, hal ini mengindikasikan perseroan mampu melakukan efisiensi di tengah tingginya permintaan.

Sementara itu, di sektor barang konsumer, penjualan untuk produk emiten PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) diperkirakan masih cukup kuat pada triwulan kedua tahun ini mengingat terdapatnya stimulus yang dapat memangkas beban perusahaan sehingga jika pendapatan emiten tersebut tidak terganggu, tetapi beban bisa turun, margin labanya diestimasikan pun dapat meningkat atau setidaknya terjaga pada kuartal ini.

Di lantai bursa, Alfred sendiri masih merekomendasikan emiten first liner seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) untuk ditransaksikan investor dalam jangka pendek dan menengah meskipun kedua emiten belum merilis laporan keuangan untuk 3 bulan pertama tahun ini. 

“Unilever dan Kalbe Farma kemungkinan pergerakan sahamnya masih kuat, tapi kalau dilihat dari potensi upside-nya tidak lebih besar dari Indofood,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper