Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek Stimulus Dinanti, Saham Ini Layak Dicermati

Pelaku pasar dinilai akan memperhatikan efek stimulus sebagai pertimbangan utama dalam perdagangan hari ini, Senin (20/4/2020).
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan yang positif pada penutupan pasar, Jumat (17/4/2020).

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio memprediksi pergerakan pasar diperkirakannya masih bergerak volatil sepanjang pekan ketiga April 2020. Investor saat ini disebut lebih memperhatikan efek dari stimulus dibandingkan dengan efek dari Covid-19.

“Meskipun belum dapat dikatakan aman, tetapi masih ada kemungkinan indeks masih bisa melanjutkan kenaikannya,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (17/4/2020).

Hal ini membuat Frankie masih merekomendasikan saham-saham market mover seperti PT  Bank Rakyat Indonesia (Persero)., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Astra International Tbk., dan PT Gudang Garam Tbk.

Pergerakan pasar yang positif pada pekan lalu menurutnya tak lepas dari sentimen after-market Amerika Serikat yang melaporkan tes pengobatan dari Gilead yang menyebabkan Dow Jones Futures dan indeks saham regional serempak menguat.

Di sisi lain, jika menilik pada sejarah, pada tahun 2008 ketika terjadi krisis, The Fed membeli obligasi (stimulus) sebesar US$120 miliar per bulan sementara pada saat ini The Fed membeli obligasi sebesar US$70 miliar per hari.

Stimulus yang sangat masif seperti yang dilakukan The Fed, dianggapnya memiliki dampak kenaikan harga surat berharga (obligasi dan saham), hal yang menyebabkan rally yang terjadi beberapa minggu belakangan ini.

“Ditambah dengan sentimen Gilead, maka minggu depan ada kemungkinan indeks masih bisa mencatatkan kenaikan. Meskipun, perlu dicatatkan masih banyak kejutan negatif yang bisa menyebabkan penurunan indeks, seperti tingkat pertumbuhan yang turun lebih dalam dari ekspektasi, tingkat pengangguran yang lebih tinggi, laba korporasi yang lebih rendah,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper