Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan terkoreksi sepanjang sesi perdagangan pertama, Kamis (15/4/2020), sejalan dengan aksi jual yang dilakukan investor asing terhadap saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big caps.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada sesi perdagangan, Kamis (15/4/2020). Pergerakan ambles 3,14 persen atau 145,043 poin ke level 4.480,862
Pada sesi itu, hanya 105 saham yang mampu mencatat penguatan. Sisanya, sebanyak 272 melemah dan 116 stagnan. Total nilai transaksi di pasar reguler, tunai, dan negosiasi senilai Rp3,38 triliun.
Adapun, 10 sektor saham terpantau memerah hingga pukul 11:30 WIB. Sektor saham aneka industri menjadi penekan utama laju IHSG dengan koreksi 3,18 persen.
Investor asing tercatat mencetak net sell atau jual bersih senilai Rp576,44 miliar. Tiga saham yang menjadi sasaran utama aksi jual asing yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) senilai Rp259 miliar, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) senilai Rp162 miliar, dan PT Astra International Tbk. (ASII) Rp27,8 miliar.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai koreksi yang dialami IHSG sejalan dengan pelemahan harga komoditas pada perdagangan sebelumnya, khususnya minyak mentah. Selain itu, indeks juga mendapat tekanan dari aksi profit taking setelah rilis data suku bunga acuan dan neraca perdagangan pada hari sebelumnya.
Baca Juga
“Bursa regional dan dunia memerah [juga menekan IHSG]. Net foreign sell yang cukup besar di kedua emiten dengan market caps terbesar, BBCA dan BBRI, juga menjadi sentimen yang memberatkan laju IHSG,” jelasnya kepada Bisnis.com, Kamis (16/4/2020).
Dia memperkirakan kondisi tidak akan banyak berubah pada sesi perdagangan kedua, Kamis (16/4/2020). Artinya, tekanan masih akan berlanjut hingga penutupan perdagangan.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai sentimen negatif dari dalam negeri yakni posisi neraca perdagangan Indonesia yang berada di bawah ekspektasi konsensus. Selain itu, penjualan mobil yang mengalami penurunan 15 persen pada Maret 2020 juga menjadi penekan laju IHSG.
“Dari global masih berkaitan dengan pandemi COVID-19, bahkan IMF memproyeksikan terjadinya resesi perekonomian global di tahun ini,” ujarnya.