Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Kian Mahal, Investor Ritel Menghindar

Permintaan emas dari kalangan ritel menurun karena harga logam mulia membubung. Namun, permintaan dari bank sentral cukup untuk menyelamatkan permintaan emas dari koreksi yang dalam.
Emas perhiasan./Reuters
Emas perhiasan./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Reli harga emas ke level tertinggi dalam enam tahun terakhir telah membuat konsumen ritel menjauhi emas, termasuk di dua pasar ritel emas terbesar dunia China dan India.

Mengutip laporan World Gold Council yang dirilis pada Kamis (30/1/2020), pembelian emas ritel termasuk perhiasan, emas batangan, dan koin pada tahun lalu telah turun 11 persen ke level terendah dalam satu dekade terakhir. Padahal emas di pasar ritel berkontribusi sebanyak dua pertiga dari permintaan emas global.

Penurunan permintaan disumbang China dan India. Sepanjang 2019, volume permintaan perhiasan emas global telah turun 6 persen menjadi 2.107 ton. Kilau emas meredup karena harga emas terus melonjak sejak kuartal III/2019 dan berlanjut hingga penghujung tahun lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang paruh kedua 2019 harga emas di pasar spot bergerak naik 14,48 persen dan sempat mencapai level US$1.552 per trou ounce, level tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Tahun lalu menjadi era kejayaan emas sejak 2010 yang mana logam mulia itu mencapai rekor tertinggi  melawan setiap mata uang G10, kecuali dolar Amerika Serikat dan Franc Swiss. Emas juga mendapat peringkat investasi terbaik pada 2019, mengungguli obligasi dan saham di negara berkembang.

Namun, di kuartal IV/2019, permintaan emas perhiasan dunia telah turun 9 persen dibandingkan dengan kuartal IV/2018. Di India penurunan permintaan emas perhiasan mencapai 24 persen sepanjang 2019.

Sementara itu, di China permintaan perhiasan pada kuartal IV/2019 turun sebesar 10 persen  menjadi 159,7 ton, melanjutkan penurunan selama lima kuartal beruntun. Adapun sepanjang 2019, permintaan emas turun 7 persen menjadi hanya 673,3 ton.

Pertumbuhan ekonomi yang melambat, inflasi yang tinggi, perselisihan perdagangan global, harga emas yang lebih tinggi, dan selera generasi muda yang berubah telah berkontribusi terhadap lemahnya permintaan pada 2019.

Emas Batangan dan Permintaan Bank Sentral

Di sisi lain, permintaan emas batangan dan koin global turun 20 persen secara tahunan, level terendah sejak 2009. Di China, permintaan emas batangan dan koin turun 31 persen menjadi 211,1 ton.

Kendati demikian, akibat harga emas yang melonjak tajam, permintaan emas dari bank sentral dan perdagangan ETF mencatatkan kenaikan. Di akhir 2019, kepemilikan emas dalam ETF yang didukung secara fisik dan produk serupa mencapai 2.885,5 ton. Walaupun melemah di kuartal ketiga, secara tahunan permintaan emas oleh bank sentral masih cukup tinggi yaitu bertambah 650,3 ton.

Sebanyak 15 bank sentral melakukan pembelian bersih sebesar satu ton atau lebih karena banyaknya permintaan. Hal itu pun menandai kenaikan pembelian emas bersih bank sentral selama sepuluh tahun berturut-turut. Cadangan resmi global bank sentral saat ini mencapai 5.000 ton lebih tinggi dari posisi akhir 2009 di level 34.700 ton.

Dengan demikian, permintaan dari dua sektor tersebut telah menahan penurunan laju permintaan emas ritel. Walhasil, secara keseluruhan, permintaan emas dunia hanya turun 1 persen dibandingkan dengan 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper