Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terkoreksi Hampir 3 Persen, IHSG Dapat Didorong Dua Faktor

Sepanjang tahun berjalan, IHSG terkoreksi 2,96 persen menuju level 6.113,04 pada perdagangan hari ini. Namun, investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp2,15 triliun.
Karyawan melintas didekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas didekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Satu perusahaan manajer investasi menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat terdorong oleh dua faktor, yakni valuasi pasar yang murah dan masuknya aliran dana asing.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menyampaikan valuasi IHSG yang saat ini sudah murah akan ikut berperan dalam penguatan saham. Hal tersebut turut didukung dengan aliran dana asing yang masih masuk dalam bentuk saham dan obligasi.

Pemulihan daya beli masyarakat seiring dengan naiknya harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) juga dinanti oleh pasar.

"Biasanya dari periode November hingga April, kinerja saham relatif bagus. Semoga setelah ini ada sentimen positif," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (29/1/2020).

Sepanjang tahun berjalan, IHSG terkoreksi 2,96 persen menuju level 6.113,04 pada perdagangan hari ini. Namun, investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp2,15 triliun.

Rudiyanto menutukan sentimen negatif terkait kasus Jiwasraya dan wabah Virus Corona yang terjadi bersamaan memperberat kinerja IHSG pada Januari. Hal tersebut membuat harapan pelaku pasar untuk menikmati Efek Januari praktis sirna.

"Selain itu, secara historis kinerja di bulan Januari juga tidak selalu konsisten positif, sehingga teori January Effect juga belum tentu selalu terjadi," imbuhnya.

Dia mengatakan, kunci utama dalam penguatan nilai saham adalah penanganan wabah Virus Corona. Apabila wabah ini dapat ditangani dengan cepat, maka sentimen negatif tidak akan berlarut-larut. Hal tersebut nantinya akan menjadi salah satu penopang utama menguatnya valuasi saham.

"Dengan catatan tingkat fatalitas wabah ini rendah dan penyebarannya terlalu cepat di luar dugaan. Secara historis, biasanya wabah penyakit ini tidak berlangsung lama, contohnya wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Virus Zika beberapa waktu lalu," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper