Bisnis.com, JAKARTA -- PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) memiliki aspirasi untuk menambah 300 ritel baru pada tahun ini setelah tahun lalu berhasil menambah sekitar 159 ritel.
Direktur Marketing dan Komunikasi Erajaya Djatmiko Wardoyo mengatakan bahwa ekspansi akan dilakukan pada wilayah kota lapis kedua dan ketiga. Secara total bersih, perseroan hingga akhir tahun lalu memiliki sebanyak 1.049 ritel. Angka tersebut setelah menutup sejumlah toko yang dirasa kurang efisien.
"Aspirasi tahun ini sebanyak 300 toko mencakup toko monobrand dan multibrand. Pasalnya saat ini penjualan perusahaan hanya kuat di kota-kota besar saja, seperti Jakarta, Bandung, dan lainnya," jelasnya Selasa (28/1/2020).
Tak mengherankan pada akhir tahun lalu perseroan mulai menyisir untuk membuka toko-toko di wilayah Kuningan, Garut, Tasik, Purwakarta hingga Tuban dan Kudus.
Menurut Djatmiko, jangkauan ritel di wilayah kabupaten ini untuk memuluskan rencana omni channel yang dirintis oleh perusahaan. Belanja modal perseroan pada tahun ini akan banyak dialokasikan untuk mendukung rencana ekspansi tersebut.
Pada tahun ini, pihaknya masih optimis dengan pertumbuhan ritel dengan ekonomi yang tumbuh stabil serta gejolak politik yang tak seintens tahun lalu. Namun, pada awal tahun ini pihaknya mewaspadai virus corona yang membayangi perlambatan ekonomi global, khususnya China. Sebagai ekonomi nomor dua.
Baca Juga
Menurutnya, saat ini smartphone masih menjadi penopang penjualan emiten berkode saham ERAA yakni sebesar 95 persen.
Pertumbuhan Laba Melemah
Dia memperkirakan pendapatan dan laba tahun ini hanya mampu tumbuh single digit atau bahkan tidak akan sebaik pada 2018 lalu. Pada 2018, sebagai distribusi resmi Xiaomi, pihaknya mengantongi penjualan yang pesat. Kondisi tersebut pula yang membuat kinerja pada 2018 tergolong paling gemilang.
Kendati demikian pada akhir tahun lalu penjualan perseroan terbantu dengan masuknya produk iPhone 11 yang diluncurkan pada awal Desember 2019.
"Apakah masuknya produk iPhone mampu menyelamatkan top line secara keseluruhan pada tahun lalu. Kami belum mengetahuinya," jelasnya.
Terkait dengan strategi pada tahun ini untuk menggenjot kinerja. Pihaknya akan memperkuat integrasi sistem hingga memangkas rantai distribusi.
Sebagai gambaran, berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2019, emiten bersandi saham ERAA ini mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 6,79 persen yoy menjadi Rp23,61 triliun dari posisi Rp 25,33 triliun.
Penurunan pendapatan dipicu oleh berkurangnya volume penjualan perangkat mobile yang diperkirakan sekitar 23 persen yoy di sepanjang tahun ini.
Selain itu, margin keuntungan perseroan ikut tertekan pada periode sembilan bulan pertama tahun ini. Marjin laba kotor dan laba operasi masing-masing tercatat sebesar 7,8 persen dan 1,2 persen lebih rendah dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,2 persen dan 3,9 persen.