Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Obligasi Diprediksi Menguat Terbatas

Setelah lelang SUN menggalang permintaan bernilai jumbo, pasar obligasi masih bakal menguat meskipun terbatas.
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan mencari informasi tentang obligasi di Jakarta, Rabu (17/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Instrumen obligasi pada aktivitas perdagangan hari ini diprediksi menguat terbatas. Berikut beberapa sentimennya.

Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pasar obligasi masih bakal menguat meskipun terbatas. Tercatat, penguatan terjadi setelah lelang surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun menembus penawaran masuk sebesar Rp94,9 triliun.

Menurutnya, hal itu terjadi akibat perpindahan dana dari pasar saham ke surat utang guna menjaga pengembalian investasi. Pada akhirnya minat terhadap surat utang yang cukup tinggi menggerakkan imbal hasil SUN tenor 10 tahun ke level 6,8%.

"Pagi ini pasar obligasi diperkirakan akan dibuka menguat dengan potensi  menguat terbatas," ujarnya dalam hasil riset, Rabu (22/1/2020).

Kendati masih menawarkan potensi penguatan, Maximilianus merekomendasikan agar investor lebih berhati-hati karena pasar rawan terkoreksi pascapenguatan. Oleh karena itu, dia menyarankan agar investor beli dengan volume terbatas

"Kami merekomendasikan beli dengan volume terbatas, semakin naik harga obligasi tanpa penurunan, akan membuat obligasi rawan terkoreksi," katanya.

Berikut beberapa sentimen yang bakal memengaruhi perdagangan pada hari ini. Pertama, pernyataan Wakil Perdana Menteri China, Han Zheng dalam World Economi Forum bahwa kesepakatan perdagangan China-Amerika Serikat tidak akan merugikan negara kompetitor China.

Dia menekankan komitmen pembelian komoditas asal AS sejalan dengan kewajiban yang ditetapkan Komite Dagang Dunia (World Trade Organization/WTO).

Kedua, Bank Sentral Jepang memberikan pandangannya terhadap pertumbuhan ekonomi serta langkah mempertahankan suku bunga acuan. Pihaknya menargetkan pertumbuhan ekonomi berada pada 0,9%, proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan pada Oktober yang masih berada pada 0,7%. Dia mengatakan siap mengeluarkan instrumen pelonggaran moneter lain untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper