Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INVESTASI REKSA DANA: Investor Disarankan Diversifikasi dan Masuk Bertahap

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyarankan investor tetap berinvestasi sesuai dengan tujuan dan profil risiko masing-masing.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Karyawan melintas di depan layar pergerakan saham di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA – Investor disarankan melakukan diversifikasi dalam berinvestasi pada kondisi saat ini. Tak hanya itu, investasi bertahap juga lebih direkomendasikan karena potensi bahwa kondisi pasar bisa semakin memburuk atau malah rebound  ke depannya selalu tak dapat dipastikan.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyarankan investor tetap berinvestasi sesuai dengan tujuan dan profil risiko masing-masing.

Untuk investor tipe moderat yang ingin berinvestasi dalam jangka menengah, sekitar 3—5 tahun, disarankan untuk melakukan diversifikasi investasi dengan perbandingan 5:3:2.

“50 persen di obligasi karena tahun depan kami percaya suku bunga akan turun lagi. Kalau investor tipe agresif, 30 persen bisa ke saham, 20 persen ke pasar uang. Tapi kalau konservatif, dibalik jadi 30 persen pasar uang dan sahamnya 20 persen saja,” jelas Wawan.

Dirinya tetap menyarankan saham walaupun saat ini berkinerja buruk tetapi valuasi saham sudah murah sekali. Hal itu pun membuat potensi untuk bisa rebound pada tahun depan cukup tinggi.

Senada, Direktur Investasi Ciptadana Asset Management Tenno Tinodo menilai kondisi pasar dapat terapresiasi menjelang akhir tahun. Pasalnya, penawaran obligasi pemerintah mulai terbatas dan investor akan mencari alternatif investasi lain di kelas saham.

Namun, secara umum dirinya menyarankan investor untuk tetap berinvestasi di SBN dan pasar uang terlebih dahulu.

“Secara umum pada kondisi inflasi rendah dan pertumbuhan ekonomi moderat, aset dasar terbaik untuk berinvestasi adalah obligasi pemerintah dan pasar uang,” ujarnya.

Chief Investment Officer KISI AM Susanto Chandra mengatakan pada tahun depan reksa dana saham berpotensi untuk berbalik positif.

“Potensi recover selalu ada. Kalau dari segi target indeks, kami melihatnya ke level 6.400 [pada akhir 2019]. Kalau tahun depan diasumsikan perekonomian bagus, bisa ada potensi upside sekitar 12 persen. Mungkin indeks di level 7.100 untuk akhir 2020, perkiraannya ke sana,” jelasnya.

Putut Endro Andanawarih, Direktur BNI Asset Management, menyampaikan dengan kondisi pasar keuangan yang tercermin lewat IHSG yang masih negatif sejak awal tahun ini investor disarankan mulai melakukan akumulasi secara bertahap.

Menurut Putut, kondisi pasar yang tertekan pada tahun ini lantaran ditinggal oleh aliran modal asing (foreign capital flow) masih berpotensi menguat pada 2020. Pasalnya, pada tahun depan beberapa negara maju akan mengadakan Pemilu dan alokasi portofolio investor akan banyak beralih ke negara berkembang.

Sementara dari domestik, dirinya menjelaskan secara fundamental masih ada pertumbuhan pada tahun depan walaupun tak bisa diharapkan se-spektakuler pertumbuhan pada 3—5 tahun terakhir.

“Melihat kondisi seperti itu, investor bisa masuk dari sekarang,” imbuhnya.

Pada akhir perdagangan Jumat (24/11/2019), IHSG parkir di zona merah dengan pelemahan 0,28 persen ke level 6.100. Sejak awal tahun, indeks tergerus -1,52 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper