Bisnis.com, JAKARTA – Bitcoin berhasil pulih dari level terendahnya sejak Mei 2019 dengan melonjak di atas 15 persen di tengah reli beberapa pasar keuangan dunia akibat sentimen minat risiko yang meningkat.
Chief Investment Officer Arca Los Angeles Jeff Dorman mengatakan bahwa sentimen positif meningkatnya minat investasi aset berisiko berhasil membawa pedagang berada di posisi beli dibandingkan dengan jual dan membuat bitcoin berhasil tembus level support kunci US$7.500 per bitcoin.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (25/10), Bitcoin di bursa Bitfinex ditutup di level US$8.679 per bitcoin, menguat tajam 16,45 persen.
Padahal pada pertengahan perdagangan pekan lalu, bitcoin sempat anjlok ke level US$7.341 per bitcoin akibat CEO Facebook Mark Zuckerberg mengatakan tentang keraguannya terkait keberlangsungan proyek aset kripto buatan Facebook, Libra.
Adapun, secara year to date harga bitcoin berhasil bergerak di zona hijau, menguat 132,01 persen.
“Meskipun lonjakan ini penting untuk bitcoin, tetapi yang perlu dicatat adalah pemulihan ini akan membawa bitcoin kembali ke level yang lebih tinggi sebelum bitcoin berbalik arah hingga sentuh level terendahnya, seperti yang terjadi dalam beberapa perdagangan terakhir,” ujar Jeff seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (27/10).
Baca Juga
Secara fundamental bitcoin berada di jalur bullish seiring dengan mendekati jadwal halving day atau jadwal pengurangan reward per block bitcoin yang akan diterima oleh penambang atau miner bitcoin menjadi separuhnya, atau dari semula sebesar US$12,5 per bitcoin menjadi hanya US$6,25 per bitcoin.
Hal tersebut akan membuat koin yang beredar di pasar tidak sebanyak saat ini sehingga harga bitcoin terdorong naik. Halving Day dijadwalkan pada akhir Mei 2020 merupakan momen yang terjadi setiap 4 tahun sekali sebagai upaya untuk menjaga tingkat inflasi bitcoin.
MATA UANG DIGITAL CHINA
Selain itu, bitcoin berhasil mendapatkan dukungan untuk menguat dipicu kantor berita milik Pemerintah China, Xinhua, melaporkan bahwa Presiden China Xi Jinping berencana untuk mempercepat pengembangan proyek teknologi dan industri blockchain.
Pemerintah berencana untuk memperkuat studi standarisasi blockchain dan meningkatkan investasi di sektor tersebut sehingga memberikan dukungan psikologis terhadap para investor bitcoin.
Pada Sabtu (26/10), berbanding terbalik dengan mayoritas regulator dunia terkait peluncuran Libra atau mata uang digital lainnya, Pemerintah China pun mengeluarkan undang-undang baru terkait kriptografi yang akan berlaku pada awal tahun depan untuk mendukung rencana pemerintah meluncurkan mata uang digitalnya sendiri.
Mayoritas regulator dunia menilai mata uang digital tersebut bisa dengan cepat menjadi bentuk dominan pembayaran digital dan saluran untuk pencucian uang mengingat jangkauan lintas batas jaringan sosial yang sangat besar.
Adapun, Bank Sentral China berencana mengeluarkan mata uang digitalnya sendiri untuk memotong biaya sirkulasi uang kertas tradisional dan meningkatkan kontrol pembuat kebijakan terhadap pasokan uang.
Undang-undang kriptografi tersebut menyatakan bahwa China mendorong dan mendukung penelitian dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kriptografi dan memastikan kerahasiaan.
Nantinya, hampir sama dengan Libra Facebook, mata uang digital China akan dapat digunakan di seluruh platform pembayaran utama seperti WeChat dan Alipay.
_1653545711.jpg?w=184&h=104)
