Bisnis.com, JAKARTA – Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia menyatakan indeks harga saham gabungan masih akan mengalami pelemahan dengan support resistance 6.170-6.263 pada perdagangan hari ini, Selasa (17/9/2019).
“Pergerakan IHSG secara teknikal break out support MA20 dan tiba pada level support 6.200. Indikator Stochastic dan RSI bearish menekan mengiringi pergerakan IHSG yang break out lower bollinger bands,” tulis analis Reliance Lanjar Nafi dalam risetnya.
Menurutnya, target pelemahan IHSG secara fibonacci retracement dari bullish trend jangka menengahnya berada di kisaran level 6.170 sebelum berbalik rebound. Secara teknikal Lanjar memproyeksikan IHSG masih akan mengalami pelemahan.
Adapun saham-saham yang masih cukup menarik di antaranya; LSIP, AALI, SMGR, INTP, INDF, UNVR, TLKM, RALS.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG pada perdagangan Senin (16/9) ditutup jatuh 1,82 persen atau 115,41 poin di level 6.219,43 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Delapan dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin konsumer (-6,06 persen) dan finansial (-1,62 persen). Satu-satunya sektor yang berakhir di wilayah positif adalah tambang dengan kenaikan 0,54 persen.
Dari 651 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 122 saham menguat, 296 saham melemah, dan 233 saham stagnan.
Saham emiten konsumer PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) yang masing-masing turun 18,21 persen dan 20,64 persen pun menjadi penekan utama merosotnya IHSG.
Saham HMSP dan GGRM turun signifikan seakan investor panik atas penetapan cukai rokok yang di atas ekspektasi.
Menurut Lanjar, kenaikan cukai rokok ini akan membuat kinerja keuangan perseroan terbebani dan kenaikan harga rokok itu sendiri sedangkan ITIC (+25%) auto reject dengan sentimen kenaikan penjualan tembakau ditengah naiknya harga rokok mengiringi kenaikan cukainya.
Masih adanya kekhawatiran risiko geopolitik yang meningkat menjadi awan hitam pergerakan ekuitas di awal pekan. Harga minyak melonjak dan aset haven naik setelah adanya serangan drone pada jantung produksi minyak mentah di Arab Saudi.
Arab saudi merupakan produsen terbesar ke-3 di dunia yang memiliki sekitar 10% dari total produksi dunia.