Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Tengah Melemah 12 Poin, Eskalasi Tarif Gerogoti Mata Uang Asia

Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Senin (26/8/2019) di level Rp14.261 per dolar AS, melemah 12 poin atau 0,08 persen dari posisi Rp14.249 pada Jumat (23/8/2019).
Transkasi penukaran uang rupiah di sebuah money changer di Jakarta, Selasa (4/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan
Transkasi penukaran uang rupiah di sebuah money changer di Jakarta, Selasa (4/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia mematok kurs tengah hari ini, Senin (26/8/2019) di level Rp14.261 per dolar AS, melemah 12 poin atau 0,08 persen dari posisi Rp14.249 pada Jumat (23/8/2019).

Kurs jual ditetapkan di Rp14.332 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di Rp14.190 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan kurs beli adalah Rp142.

Adapun berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 45 poin atau 0,32 persen ke level Rp14.260 per dolar AS pada pukul 11.04 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (23/8), rupiah berakhir menguat 0,17 persen atau 24 poin di level Rp14.215 per dolar AS. Mata uang Garuda ini mulai tergelincir dari penguatannya dengan dibuka terdepresiasi 0,21 persen atau 30 poin di level Rp14.245 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak di kisaran Rp14.245-Rp14.270 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang lainnya di Asia bergerak negatif pagi ini, dipimpin yuan onshore China yang terdepresiasi 0,65 persen pada pukul 11.04 WIB (lihat tabel).

Pergerakan kurs mata uang di Asia terhadap dolar AS

Mata uang

Kurs

Pergerakan (persen)

Yuan Onshore China

7,1420

-0,65

Won Korea Selatan

1.217,15

-0,53

Rupee India

71,9875

-0,45

Yuan Offshore China

7,1618

-0,42

Peso Filipina

52,487

-0,37

Dolar Taiwan

31,486

-0,37

Ringgit Malaysia

4,2065

-0,36

Rupiah

14.260

-0,32

Dolar Singapura

1,3888

-0,13

Yen Jepang

105,44

-0,05

Dolar Hong Kong

7,8427

-0

Baht Thailand

30,607

+0,1

Dilansir dari Bloomberg, mata uang pasar negara berkembang (emerging market) di Asia melemah, dipimpin oleh yuan China, ketika investor menghindari aset berisiko akibat eskalasi perang dagang AS-China.

Pergerakan indeks saham di kawasan ini pun melemah, sedangkan sebagian besar obligasi pemerintah naik.

Tensi perdagangan AS-China memburuk setelah pada Jumat (23/8) Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menaikkan tarif lebih lanjut pada impor China, membalas langkah pemerintah China sebelumnya.

Minat yang meningkat untuk aset-aset safe haven menyebabkan imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun turun ke level terendahnya sejak Agustus 2016.

Namun, sentimen penghindaran risiko sedikit mereda setelah sebuah laporan, mengutip Wakil Perdana Menteri China Liu He, mengatakan negeri ini menentang eskalasi perang dagang dan bersedia menyelesaikan sengketa melalui dialog.

“Eskalasi tarif semakin menggerogoti harapan kita untuk adanya perjanjian AS-China sebelum akhir tahun ini,” ujar Rajeev De Mello, chief investment officer di Bank of Singapore Ltd.

“Sebagian besar pasar negara berkembang sangat bergantung pertumbuhan global dan perdagangan. Pelarian ke aset safe haven memperkuat dolar AS dan ini negatif untuk mata uang emerging market,” jelasnya.

Seiring dengan pelemahan mata uang Asia, indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang melacak pergerakan mata uang dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terpantau naik 0,069 poin atau 0,07 persen ke level 97,709 pada pukul 10.55 WIB.

Pergerakan indeks dolar sebelumnya dibuka terkoreksi 0,047 poin atau 0,05 persen di level 97,593, setelah pada perdagangan Jumat (23/8) ditutup di zona merah dengan pelamahan 0,54 persen atau 0,530 poin di posisi 97,640.

Kurs Transaksi Bank Indonesia (Rupiah)

Tanggal

Kurs

26 Agustus

14.261

23 Agustus

14.249

22 Agustus

14.234

21 Agustus

14.259

20 Agustus

14.262

Sumber: Bank Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper