Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 2 persen dan meluncur ke kisaran level 6.170 pada akhir perdagangan hari ini, Senin (5/8/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup anjlok 2,59 persen atau 164,48 poin ke level 6.175,7 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Penurunan pada akhir perdagangan hari ini adalah yang terbesar kedua sejak anjlok 3,8 persen pada perdagangan 5 September 2018.
Pada perdagangan Jumat (2/8), IHSG berakhir terkoreksi 0,65 persen atau 41,36 poin di level 6.340,18. Pelemahan indeks mulai berlanjut saat dibuka turun 0,46 persen atau 29,02 poin di level 6.311,16 pagi tadi.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG konsisten bergerak di zona merah dengan kisaran 6.175,7 - 6.315,06. Dengan demikian, indeks telah mencatat koreksi selama tiga hari perdagangan berturut-turut.
Seluruh sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin infrastruktur (-3,71 persen), finansial (-2,90 persen), dan industri dasar (-2,72 persen).
Dari 652 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 96 saham menguat, 365 saham melemah, dan 191 saham stagnan.
Dua saham emiten bank yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing turun 4,04 persen dan 2,68 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG.
Indeks saham lainnya di Asia rata-rata ikut berakhir melemah, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang merosot masing-masing 1,8 persen dan 1,74 persen. Adapun indeks Kospi Korea Selatan anjlok 2,56 persen.
Di China, dua indeks saham acuannya yakni Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing melorot 1,62 persen dan 1,91 persen. Indeks Hang Seng Hong bahkan ditutup anjlok nyaris 3 persen, yakni 2,85 persen.
Menurut tim riset PT Erdikha Elit Sekuritas investor tampak kembali merespons adanya sentimen dari kabar perang dagang yang nampak mulai berkecamuk akibat provokasi Presiden AS Donald Trump.
“Investor tampak mulai berpindah ke instrumen safe haven,” paparnya dalam riset harian.
Aksi jual saham besar-besaran menekan bursa Asia sekaligus menyeret bursa Eropa bersama indeks futures Amerika Serikat (AS), akibat meningkatnya kekhawatiran tentang perang perdagangan AS-China.
Mata uang yuan China jatuh melampaui level 7 yuan per dolar AS di tengah spekulasi bahwa pemerintahan Presiden Xi Jinping tidak menahan depresiasi lebih lanjut untuk melawan ancaman tarif terbaru Presiden Donald Trump.
Pekan lalu, Trump mengatakan akan mengenakan tarif 10 persen pada sisa impor China senilai US$300 miliar mulai 1 September. Trump bahkan menambahkan dapat menaikkan tarif lebih lanjut jika Presiden China Xi Jinping gagal bergerak lebih cepat menuju kesepakatan perdagangan.
Nilai tukar yuan pun anjlok terhadap dolar AS hari ini, setelah Bank Sentral China, People’s Bank of China (PBoC) menetapkan nilai referensi harian lebih rendah dari 6,9 untuk pertama kalinya sejak Desember.
Pasar saham global semakin tertekan setelah Bloomberg melaporkan bahwa China telah meminta pembeli di negaranya untuk menghentikan impor produk pertanian Amerika.
“Semuanya kini menjual aset,” ujar Ray Attrill, kepala analis valas di National Australia Bank, seperti dilansir dari Reuters.
Menurut Attrill, kecuali ada tindakan kuat untuk mempertahankan nilai tukar yuan dari pelemahan, tidak ada alasan bahwa aksi jual akan terhenti.
“Asumsi kami adalah bahwa tidak mungkin ada resolusi yang berarti atas sengketa perdagangan [AS-China] dalam waktu dekat," lanjutnya.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2019 sebesar 5,05 persen (y-o-y).
Kepala Badan Pusat Statistik Suharyanto menyatakan bahwa ekonomi tumbuh melambat jika dibandingkan dengan kuartal I/2019 yang mencapai 5,07 persen.
"Ekonomi Indonesia tumbuh melambat," kata Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Senin (5/8/2019).
Suharyanto menilai perlambatan ekonomi Indonesia sebenarnya sudah terprediksi sejak kuartal III/2018 yang ekonominya tumbuh 5,17 persen dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,27 persen.
Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah lanjut berakhir melemah 70 poin atau 0,49 persen di level Rp14.255 per dolar AS, pelemahan hari ketiga berturut-turut.
Nilai tukar rupiah melemah bersama dengan mata uang lain di kawasan Asia setelah yuan China anjlok mencapai level 7 per dolar AS.
“Yuan telah bertindak macam jangkar untuk beberapa mata uang regional, yang sekarang akan merasakan lebih banyak tekanan depresiasi,” jelas Frances Cheung, kepala strategi makro Asia di Westpac Banking Corp., Singapura.
Sementara itu, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menegaskan bahwa BI siap melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi.
“Bank Indonesia siap melakukan intervensi untuk mempertahankan kepercayaan pasar,” ujar Nanang, dikutip dari Bloomberg.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
BBRI | -4,04 |
BBCA | -2,68 |
TLKM | -4,67 |
HMSP | -4,33 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
MINA | +14,15 |
PLIN | +13,15 |
MDKA | +4,00 |
MPRO | +9,66 |
Sumber: Bloomberg