Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja mayoritas emiten semen sepanjang periode semester I/2019 dapat dibilang belum terlalu kokoh. Pasalnya, laba sejumlah emiten semen tercatat mengalami tekanan.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, 2 dari 4 emiten semen yang telah melaporkan laporan keuangan semester I/2019 mencatatkan penurunan laba bersih pada periode berjalan.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. mencatatkan penurunan laba bersih pada semester I/2019. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. mencatatkan pertumbuhan laba bersih, sedangkan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. masih mencatatkan kerugian.
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. pada periode semester I/2019 mencatatkan torehan laba bersih yang lebih rendah 50,09 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Emiten berkode saham SMGR tersebut mencatatkan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp484,78 miliar, hasil tersebut tercatat lebih rendah 50,06 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp971,33 miliar.
Adapun, pada periode tersebut beban keuangan perseroan melonjak tajam menjadi Rp1,5 triliun, meningkat hamper 100 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat senilai Rp459,6 miliar.
Baca Juga
Di sisi lain, sepanjang paruh pertama 2019, SMGR mengantongi pendapatan senilai Rp16,35 triliun, tercatat tumbuh 22,93 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya senilai Rp13,3 triliun. Sementara beban pokok perseroan tercatat meningkat 22.94 persen menjadi Rp11,68 triliun dari Rp9,5 triliun.
Sementara itu, liablitas SMGR pada periode tersebut tercatat senilai Rp1,65 triliun, lebih tinggi 14,58 persen dibandingkan dengan catatan per Desember 2018 senilai Rp1,44 triliun.
Tertekan Beban Keuangan
GM Corporate Communication Semen Indonesia Sigit Wahono menjelaskan bahwa tertekannya laba perseroan pada semester I/2019 disebabkan oleh meningkatkanya beban keuangan.
“Namun pada semster I/2019, perseroan telah melakukan berbagai inisiatif integerasi, cost efficiency, dan refinancing, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pada periode selanjutnya,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (31/7/2019).
Dia menjelaskan bahwa kenaikan beban keuangan perseroan salah satunya disebabkan karena beban bunga yang digunakan atas aksi perseroan dalam akuisisi PT Holcim Indonesia Tbk. yang kini bernama PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.
Sekadar informasi, SMGR mengambil alih 6,17 miliar saham atau 80,6 persen kepemilikan LafargeHolcim, melalui anak usah Holderfin B. V., di Holcim Indonesia. Nilai pembelian yang disepakati senilai US$917 juta.
“Saat ini, proses integrasi masih berjalan dan tentunya memerlukan waktu. Hasil dari program-program efisiensi dan singergi yang sudah mulai berjalan mampu meningkatkan EBITDA Solusi Bangun Indonesia sebesar 98,9 persen,” jelasnya.
Untuk periode selanjutnya, dia melihat adanya potensi peningkatan kebutuhan semen domestik pada semester II/2019 yang ditunjang dengan berbagai program integrasi dan efisiensi yang diharapkan mampu memperbaiki kinerja perseroan sepanjang tahun.
Selain itu, prospek proyek infrastruktur pada semester II/2019 diharapkan mampu mendorong kinerja penjualan perseroan.
“Program integrasi dan efisiensi perseroan masih on the track yang diharapkan mampu mencapai target yang diharapkan,” pungkasnya.
Solusi Bangun Masih Rugi
Sementara itu, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. berhasil menekan kerugian sebesar 48,35 persen pada semester I/2019 menjadi Rp278,51 miliar dari rugi tahun sebelumnya senilai Rp539,27 miliar.
Hingga akhir semester pertama, SMCB mencatat penurunan volume penjualan semen dan terak sebesar 2,4 persen dan berimbas pada penurunan pendapatan dari Rp4,61 triliun pada semester I/2018, menjadi Rp4,51 triliun pada semester I/2019.
Dala keterangan resminya, manajemen Solusi Bangun Indonesia menyebutkan bahwa di tengah persaingan pasar yang ketat dan perlambatan permintaan, SMCB mampu mempertahankan pangsa pasar di semester I/2019 di angka 15,2 persen.
Laba bruto meningkat sebesar 36 persen dan EBITDA sebesar 99 persen. Pencapaian ini tidak lepas dari program-program efisiensi dan sinergi, yang terbukti berhasil menurunkan faktor-faktor biaya penjualan dan operasional, seperti penurunan biaya distribusi sebesar 9 persen dan penurunan biaya penjualan sebesar 59 persen.
SMCB juga berhasil mencetak laba sebelum bunga dan pajak penghasilan (EBITDA) sebesar Rp192 miliar, dibandingkan dengan kerugian pada semester I/2018. Upaya-upaya tersebut telah membantu SMCB memperkecil kerugian dari semester I/2018.
Ke depan, emiten berkode saham SMCB tersebut akan terus fokus untuk melanjutkan tren positif untuk memperbaiki kinerja keuangan dengan memperkuat fundamental operasional, serta fokus pada program-program penambahan nilai untuk konsumen, antara lain solusi digital dan produk kemasan untuk aplikasi khusus seperti PowerMax.
Semester Kedua Lebih Baik
Analis Ciptadana Sekuritas Asia, Fahressi Fahalmesta menilai kinerja emiten semen pada semester II/2019 akan lebih baik dibandingkan dengan semester I/2019 dengan sejumlah katalis.
Menurutnya, pada semester II/2019, kinerja emiten semen akan didorong oleh lebih banyaknya hari kerja dibandingkan dengan periode sebelumnya, sehingga proyek-proyek konstruksi dapat berjalan lebih efektif.
“Jadi itu [hari libur] secara seasonal kalau ada kaya gitu, penjualannya akan tidak terlalu bagus untuk semen, penyerapan semennya tidak akan terlalu bagus,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (31/7/2019).
Selain itu, dengan selesainya Pemilihan Presiden dan telah ditetapkannya pemimpin untuk periode selanjutnya dinilai akan menjadi katalis positif untuk kinerja emiten semen pada semester II/2019.
Pasalnya, kembali terpilihnya presiden petahana yang masih memiliki fokus pada pembangunan infrastruktur akan mendorong kinerja penjualan semen semester II/2019.
“Mungkin itu akan menjadi pendorong untuk penjualan semen di semester II/2019, dan proyek konstruksi yang belum selesai pasti dipercepat pengerjaannya,” katanya.
Untuk sektor semen, dia mengatakan saat ini pihaknya masih menyematkan status under review setelah dirilisnya laporan keuangan emiten semen pada semester I/2019.