Bisnis.com, JAKARTA – Koreksi Indeks Harga Saham Gabungan berlanjut pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (13/6/2019), bersama dengan terkoreksinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup turun tipis 0,05 persen atau 3,09 poin di level 6.273,08 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Rabu (12/6/2019), IHSG terkoreksi 0,47 persen atau 29,81 poin dan berakhir di posisi 6.276,18.
Sebelum kembali terkoreksi, indeks sempat berbalik ke zona hijau dengan dibuka naik 0,1 persen atau 6,43 poin di level 6.282,61 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.250,12 – 6.284,46.
Sebanyak enam dari sembilan sektor berakhir di wilayah negatif, dipimpin pertanian (-0,67 persen) dan finansial (-0,36 persen). Tiga sektor lainnya mampu menetap di zona hijau, dipimpin properti yang menguat 2,08 persen.
Dari 634 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 203 saham menguat, 203 saham melemah, dan 228 saham stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) yang masing-masing turun 0,68 persen dan 10,71 persen menjadi penekan utama pergerakan IHSG di akhir perdagangan.
Di sisi lain, saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) yang masing-masing naik 1,27 persen dan 5,32 persen mampu menopang sekaligus menahan besarnya pelemahan IHSG.
Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 berakhir turun 0,27 persen atau 1,51 poin di level 552,03 hari ini, setelah ditutup melemah 0,65 persen atau 3,6 poin di posisi 553,54 pada Rabu (12/6).
Nilai tukar rupiah pun lanjut berakhir melemah 39 poin atau 0,27 persen ke level Rp14.280 per dolar AS, setelah ditutup terdepresiasi tipis 2 poin atau 0,01 persen di level 14.241 pada Rabu (12/6).
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2019 dilaporkan terpangkas sebesar US$4 miliar menjadi US$120,3 miliar. Raihan ini lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir April 2019 yang mencapai US$124,3 miliar.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menuturkan penurunan cadangan devisa pada Mei 2019 tersebut terutama dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Namun, BI menilai posisi cadangan devisa Mei 2019 tetap cukup tinggi meskipun lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir April 2019 yang sebesar US$124,3 miliar.
BI pun menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
“Kami tidak khawatir dengan posisi cadangan devisa itu karena akan diisi oleh penerbitan obligasi valas,” ujar Rahul Bajoria, seorang ekonom senior di Barclays Plc., Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg.
Barclays melihat hasil pemilu yang jelas telah meningkatkan daya tarik Indonesia untuk investor asing dan nilai tukar rupiah akan tetap bergerak di level Rp 14.000-14.750 per dolar AS ke depannya.
Indeks saham lainnya di Asia rata-rata juga ditutup negatif, di antaranya indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang masing-masing turun 0,82 persen dan 0,46 persen, dan indeks Kospi Korea Selatan yang berakhir turun 0,27 persen.
Sementara itu, indeks CSI 300 China dan indeks Hang Seng Hong Kong masing-masing berakhir melandai 0,15 persen dan 0,05 persen.
Secara keseluruhan, bursa Asia melemah di tengah serangkaian ketegangan geopolitik. Meski demikian, bursa Eropa dan indeks futures Amerika Serikat (AS) mampu naik pada perdagangan sore ini.
Indeks MSCI Asia Pacific melemah 0,5 persen, sedangkan indeks futures S&P 500 naik 0,2 persen indeks Stoxx Europe 600 naik 0,1 persen pada pukul 08.59 pagi waktu London (pukul 14.59 WIB).
Ketegangan di Hong Kong masih tampak pascabentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa pada Rabu (12/6), sedangkan perselisihan perdagangan antara AS dan China masih belum juga terselesaikan.
Harapan bagi para pelaku pasar saat ini adalah sikap dovish bank sentral AS Federal Reserve yang dapat meredakan kekhawatiran tersebut. The Fed akan menggelar pertemuan kebijakannya pada 18-19 Juni mendatang.
“Meski The Fed masih berpihak pada investor, sebagian perlambatan ekonomi dan ketidakpastian perdagangan membuat daya tarik aset berisiko pada tingkat ini agak beragam,” ujar Chris Konstantinos, kepala strategi investasi di Riverfront Investment Group, kepada Bloomberg TV.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
BBCA | -0,68 |
MAYA | -10,71 |
TPIA | -2,89 |
BMRI | -0,63 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
TLKM | +1,27 |
INKP | +5,32 |
SMBR | +25,00 |
PLIN | +11,70 |
Sumber: Bloomberg