Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilarmas Investindo Sekuritas : Potensi Penguatan SUN Masih Terbuka

Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan pasar obligasi berpotensi mengalami kenaikan imbal hasil pada perdagangan Jumat (8/3/2019).
Ilustrasi Surat Utang Negara./Bisnis.com
Ilustrasi Surat Utang Negara./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan pasar obligasi secara teknikal berpotensi untuk mengalami kenaikan imbal hasil pada perdagangan Jumat (8/3/2019).

Namun, imbal hasil global yang turun setelah mendengar keputusan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), berpotensi untuk menahan kenaikan lebih tinggi dari imbal hasil obligasi dalam negeri.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan dalam pengumuman ECB pada Kamis (7/3), disampaikan bahwa tingkat suku bunga akan kembali dipertahankan pada rekor terendah hingga tahun depan. Tidak hanya itu, ECB juga akan memulai kembali program pinjaman murah untuk bank karena ekonomi dinilai kian melemah.

Hal ini lagi-lagi kembali mengagalkan keinginan ECB untuk menaikkan tingkat suku bunganya. Dia menilai permasalahan Eropa dan AS saat ini, hampir menyerupai permasalahan yang terjadi di Jepang selama beberapa dekade.

Pertumbuhan ekonomi yang kian melambat dan inflasi yang sangat rendah disebabkan oleh populasi yang menua dan peningkatan produktivitas yang tidak merata.

Bank sentral Eropa juga menyampaikan bahwa mereka memangkas pertumbuhan ekonomi tahun ini dari sebelumnya 1,7% menjadi 1,1%. Mereka juga menyampaikan tidak akan memenuhi target inflasi, sehingga inflasi tidak akan berada di atas 2% atau paling tidak mendekati 2% hingga 2021.

Akibat tidak adanya kenaikan tingkat suku bunga ECB, membuat imbal hasil global bereaksi dengan penurunan imbal hasil.

Beralih ke perkembangan Brexit, anggota Parlemen Inggris akan menghadapi batas waktu penelitian dokumen sebelum dilakukan pemungutan suara pada Selasa (12/3).

Jika kesepakatan itu ditolak, para pejabat tidak akan kembali ke Brussels untuk mencari lebih banyak konsesi. Setidaknya, pada Selasa (12/3), akan menjadi titik proses Brexit usai atau dilanjutkan.

Para pelaku pasar dan investor juga akan menanti data ekspor impor serta neraca dagang dari China yang akan keluar hari ini.

Di tengah perlambatan ekonomi China, data ekpor impor mungkin akan kurang baik. Apabila data tersebut kurang baik, sentimen negatif akan cukup menekan dari Negeri Panda.

Dari domestik, yang tidak kalah penting adalah data cadangan devisa yang akan keluar hari ini. Data ini sedikit banyak akan memberikan implikasi kepada pergerakan pasar modal, baik saham maupun obligasi pada hari ini.

"Kami melihat potensi kenaikan imbal hasil hari ini. Namun, di tengah penurunan imbal hasil global hari ini, pasar obligasi dalam negeri berpotensi flat. Naik atau turun pergerakan imbal hasil dalam negeri akan berada di kisaran 40-70 bps," papar Nico dalam riset harian, Jumat (8/3).

Adapun imbal hasil obligasi Zona Amerika ditutup bervariasi, didominasi oleh penurunan imbal hasil. Kenaikan terbesar berada di Meksiko (8.1%, +2.4), sedangkan penurunan terdalam terjadi di Kanada (1.76%, -6.1).

Imbal hasil Zona Eropa ditutup bervariasi, didominasi oleh penurunan imbal hasil. Kenaikan tertinggi terjadi di Yunani (3.77%, +5.1), sedangkan penurunan terbesar di Italia (2.46%, -12.1).

Imbal hasil Asia Pasifik juga ditutup bervariasi, didominasi oleh penurunan imbal hasil. Kenaikan terbesar tercatat terjadi di Taiwan (0.86%, +3.8) dan penurunan terdalam di Hong Kong (1.67%, -5.0).

Imbal hasil Obligasi Indonesia 10 tahun ditutup naik di level 7,88%, dibandingkan hari sebelumnya yang berada di posisi 7,86%. Imbal hasil obligasi Indonesia 20 tahun ditutup naik di level 8,34%, dibandingkan dari sebelumnya di 8,32%.

Minyak Texas ditutup naik di harga US$56,8 per barel dibandingkan hari sebelumnya yang berada di kisaran US$56,22 per barel. Rupiah ditutup melemah di level Rp14.144 dibandingkan hari sebelumnya, yang sebesar Rp14.128.

Pada perdagangan Rabu (6/3), pasar obligasi mengalami penurunan harga secara serentak di semua obligasi acuan. Penurunan tersebut dipandang sebagai sesuatu yang sudah ditahan cukup lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper