Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Harga SUN Masih Berpeluang Naik

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih akan bergerak bervariasi dan berpeluang naik pada perdagangan Rabu (30/1/2019), didorong oleh penguatan rupiah serta suksesnya lelang SUN kemarin.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih akan bergerak bervariasi dan berpeluang naik pada perdagangan Rabu (30/1/2019), didorong oleh penguatan rupiah serta suksesnya lelang SUN kemarin.
 
Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan dengan pertimbangan tersebut, maka investor disarankan untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN di pasar sekunder dengan strategi trading jangka pendek, di mana arah pergerakan rupiah masih akan mempengaruhi pergerakan SUN di pasar sekunder. 
 
"Adapun beberapa seri yang menarik untuk dicermati pada perdagangan hari ini yaitu FR0053, FR0069, FR0061, FR0070, FR0077, dan FR0059," paparnya dalam riset harian, Rabu (30/1).
 
Pada perdagangan Selasa (29/1), yield SUN cenderung naik di tengah pelemahan rupiah menjelang rapat Dewan Gubernur The Fed (FOMC Meeting). Imbal hasil SUN naik 4 bps didorong oleh penurunan harga SUN yang mencapai 36 bps. 
 
Imbal hasil SUN seri acuan juga mengalami kenaikan signifikan disebabkan adanya lelang perdagangan SUN.
 
SUN seri acuan bertenor 5 tahun mengalami perubahan harga sebesar 3 bps, mengakibatkan terjadinya kenaikan imbal hasil sebesar 0,8 bps ke level 7,967%. Untuk SUN tenor 10 tahun, imbal hasilnya naik 3,2 bps ke level 8,120% setelah adanya penurunan harga sebesar 22 bps. 
 
Untuk SUN bertenor 15 tahun dan 20 tahun, yield naik masing-masing 0,3 bps dan 3,8 bps yang disebabkan oleh perubahan harga masing-masing sebesar 2 bps dan 36 bps.

Meski kenaikan yield sebenarnya terbatas, tapi investor cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder yang tercermin pada volume perdagangan yang cukup besar dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya. 

Pada lelang SUN kemarin, pemerintah berhasil meraup dana sebesar Rp23,3 triliun dari total penawaran yang masuk yang mencapai Rp48,61 triliun.
 
Imbal hasil seluruh SUN berdenominasi dolar AS mengalami kecenderungan kenaikan di tengah tingkat harga US Treasury yang cenderung turun serta membaiknya persepsi risiko di tengah gejolak yang terjadi di pasar keuangan global. 

Imbal hasil INDO24 naik 3,53 bps ke level 3,927%, didorong terjadinya penurunan harga sebesar 16 bps. Sementara itu, INDO29 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 2 bps ke level 4,312% yang disebabkan penurunan harga sebesar 17 bps.

Adapun INDO44 mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 1,5 bps ke level 5,047%, didorong oleh penurunan harga sebesar 24,5 bps. Seri INDO49 juga mengalami kenaikan imbal hasil sebesar 3 bps ke level 4,946%, yang disebabkan penurunan harga sebesar 50 bps.
 
Volume perdagangan Obligasi Negara mengalami peningkatan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yakni senilai Rp21,35 triliun dari 40 seri yang dilaporkan.

Volume terbesar didapati pada Obligasi Negara seri FR0079, dengan nilai Rp5,587 triliun dari 105 kali transaksi. Diikuti Obligasi Negara seri FR0078 yang nilainya Rp3,555 triliun dari 65 kali transaksi. 
 
Untuk Project Based Sukuk, seri PBS006 dan PBS015 mencatatkan volume perdagangan terbesar masing-masing senilai Rp450 miliar dari 11 kali transaksi dan Rp366 miliar dari 10 kali transaksi. Diikuti Sukuk Negara Ritel seri SR008 dengan nilai Rp120 miliar dari 14 kali transaksi.
 
Dari perdagangan surat utang korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih besar daripada perdagangan sebelumnya, yakni mencapai Rp679,4 miliar dari 34 seri yang diperdagangkan.
 
Volume perdagangan terbesar didapati pada seri Obligasi Berkelanjutan I Sarana Multi Infrastruktur Tahap II Tahun 2017 Seri B (SMII01BCN2) dengan nilai Rp100 miliar dari 3 kali transaksi. Diikuti Obligasi I Tridomain Performance Materials Tahun 2018 (TDPM01) senilai Rp98 miliar dari 1 kali transaksi.

Kemarin, rupiah ditutup melemah terbatas 22,50 pts (0,16%) pada level Rp14.094 per dolar AS. Pelemahan ini terjadi di tengah penguatan sebagian besar nilai mata uang regional.

Peso Filipina (PHP) dan renminbi China (CNY) merupakan mata uang yang mengalami penguatan tertinggi, masing-masing sebesar 0,23% dan 0,15%. Sebaliknya, pelemahan terbesar terjadi pada rupiah Indonesia (IDR) sebesar 0,17%, disusul oleh yen Jepang (JPY) dan dolar Taiwan (TWD) masing-masing sebesar 0,07% dan 0,06%.
 
Sementara itu, imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun ditutup melemah 125 bps ke level 2,71%, seiring dengan penurunan yang terjadi pada imbal hasil US Treasury dengan tenor 30 tahun yang ditutup melemah di level 3,04%. 
 
Pergerakan pasar saham AS juga mengalami arah perubahan yang bervariasi, di mana indeks saham utamanya mengalami pergerakan yang terbatas. Indeks DJIA menguat 21 bps di level 24579,96, tetapi indeks NASDAQ terkoreksi 81 bps ke level 7028,29. 
 
Adapun yield obligasi Inggris bertenor 10 tahun mengalami penguatan terbatas sebesar 32 bps sehingga berada di level 1,27%. Sementara itu, surat utang Jerman bertenor 10 tahun mengalami koreksi sehingga berada di level 0,192%.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper