Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2019, Krakatau Steel (KRAS) Incar Pertumbuhan Penjualan 40%

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. membidik volume penjualan 2,8 juta ton pada 2019 sejalan dengan segera beroperasinya fasilitas produksi baru perseroan.
PT Krakatau Steel/Antara
PT Krakatau Steel/Antara

Bisnis.com, JAKARTA— PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. membidik volume penjualan 2,8 juta ton pada 2019 sejalan dengan segera beroperasinya fasilitas produksi baru perseroan.

Direktur Pemasaran Krakatau Steel Purwono Widodo mengungkapkan target penjualan KRAS sebanyak 2,8 juta ton pada 2019. Nilai tersebut naik 40% dari realisasi 2 juta ton tahun sebelumnya.

Kenaikan volume, sambungnya, sejalan dengan akan selesai dan beroperasinya pabrik hot strip mill (HSM#2). Fasilitas itu memiliki kapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun.

Di sisi lain, Purwono mengatakan harga jual akan mengalami kenaikan pada pertengahan kuartal I/2019 dan berlanjut hingga kuartal II/2019. Proyeksi itu sejalan dengan koreksi atas pelemagan yang sempat terjadi pada akhir 2018.

“Kebutuhan baja diharapkan dapat stabil didukung dengan berbagai progarm pemerintah yang mendukung penggunaan produk baja dalam negeri,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (15/1/2019) .

Sebagai catatan, KRAS menekan kerugian 51,18% secara tahunan pada kuartal III/2018. Jumlah rugi bersih yang dibukukan turun dari US$75,05 juta pada kuartal III/2017 menjadi US$37,78 juta pada kuartal III/2018.

Sementara itu, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan saat ini perseroan tengah dalam proses restrukturisasi utang. Akan tetapi, pihaknya mengklaim emiten berkode saham KRAS itu telah melakukan sejumlah perbaikan.

Silmy menyebut operasi KRAS semakin membaik. Selain itu, penjualan perseroan tumbuh 20%.

“Mengenai untung atau rugi sedang dalam proses perhitungan yang terpenting untuk KRAS yakni kami sedang dalam proses perbaikan fundamental yang akan membuat perseroan sustanaible ke depannya,” jelasnya.

Dia mengatakan perseroan sedang mengupayakan laba pada 2019. Namun, proses awal yang harus dilalui yakni memperbaiki fundamental bisnis dan industri.

Pihaknya menyebut berbagai upaya dilakukan. Sebagai contoh, dilakukan penataan kembali untuk produksi, distribusi, dan rantai pasok.

“Struktur organisasi dan organisasi bisnisnya yang mana mau kami optimalkan, mana yang mau dicarikan strategic partner. Itu semua dalam perencanaan kami,” tuturnya.

Selanjutnya, Silmy juga mengklaim turut melakukan pembenahan terhadap industri baja nasional. Pasalnya, produsen di dalam negeri masih terdesak baja impor.

“Kami menargetkan pangsa pasar harus naik,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper